Selasa, 03 Februari 2009

Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, , kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak awal Agenda 100 hari











BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
1. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
C. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.







BAB III
TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS , yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir .
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.


B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN.
Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat







BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan penyelenggaraan program JAMKESMAS secara nasional, diukur dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1. Indikator Input
Untuk indikator input yang akan dinilai yaitu: a. Adanya Tim Koordinasi JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota b. Adanya Tim Pengelola JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota c. Adanya Pelaksana Verifikasi di semua RS d. Tersedianya anggaran untuk manajemen operasional e. Tersedianya APBD untuk maskin diluar Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
2. Indikator Proses
Untuk indikator proses yang akan dinilai yaitu: a. Adanya database kepesertaan 100% di Kabupaten/Kota b. Tercapainya distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% c. Pelaksanaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS (INA-DRG) d. Penyampaian klaim yang tepat waktu e. Pelaporan yang tepat waktu



3.Indikator Output
Untuk indikator Output yang diinginkan dari program ini yaitu: a. Peningkatan cakupan kepesertaan dengan indikator yaitu: 1) 100% Kabupaten/Kota mempunyai data base kepesertaan 2) Cakupan kepemilikan kartu 100% b. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan dengan indikator: 1) Kewajaran tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2) Kewajaran tingkat rujukan dari PPK I ke PPK II/III 3) Kewajaran Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) 4) Kewajaran Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL),
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
2. Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi
a. Pendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan, kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dokumentasi dan penanganan keluhan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi jumlah kunjungan masyarakat miskin ke Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap c. Pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke Puskesmas, verifikasi klaim tagihan dan pencairan dana ke Rumah Sakit, pertanggungjawaban keuangan
3. Mekanisme pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Pengelolaan Pelaporan Program (pengolahan dan Analisis)
c. Kunjungan lapangan dan supervisi d. Penelitian langsung (survei/kajian)
C. PENANGANAN KELUHAN
Penyampaian keluhan atau pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta pelaksana penyelenggara program. Penyampaian keluhan atau pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak untuk perbaikan program. Penanganan keluhan/pengaduan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.
2. Untuk menangani keluhan/pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah Sakit/Dinas Kesehatan
3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM/unit yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten/kota dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkat yang lebih tinggi

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program JAMKESMAS dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).
E. PELAPORAN
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) secara rutin setiap bulan ( sesuai pedoman pelaporan ). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program JAMKESMAS mengirimkan laporan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota untuk direkap

Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, , kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak awal Agenda 100 hari











BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
1. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
C. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.







BAB III
TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS , yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir .
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.


B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN.
Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat







BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan penyelenggaraan program JAMKESMAS secara nasional, diukur dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1. Indikator Input
Untuk indikator input yang akan dinilai yaitu: a. Adanya Tim Koordinasi JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota b. Adanya Tim Pengelola JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota c. Adanya Pelaksana Verifikasi di semua RS d. Tersedianya anggaran untuk manajemen operasional e. Tersedianya APBD untuk maskin diluar Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
2. Indikator Proses
Untuk indikator proses yang akan dinilai yaitu: a. Adanya database kepesertaan 100% di Kabupaten/Kota b. Tercapainya distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% c. Pelaksanaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS (INA-DRG) d. Penyampaian klaim yang tepat waktu e. Pelaporan yang tepat waktu



3.Indikator Output
Untuk indikator Output yang diinginkan dari program ini yaitu: a. Peningkatan cakupan kepesertaan dengan indikator yaitu: 1) 100% Kabupaten/Kota mempunyai data base kepesertaan 2) Cakupan kepemilikan kartu 100% b. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan dengan indikator: 1) Kewajaran tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2) Kewajaran tingkat rujukan dari PPK I ke PPK II/III 3) Kewajaran Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) 4) Kewajaran Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL),
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
2. Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi
a. Pendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan, kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dokumentasi dan penanganan keluhan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi jumlah kunjungan masyarakat miskin ke Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap c. Pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke Puskesmas, verifikasi klaim tagihan dan pencairan dana ke Rumah Sakit, pertanggungjawaban keuangan
3. Mekanisme pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Pengelolaan Pelaporan Program (pengolahan dan Analisis)
c. Kunjungan lapangan dan supervisi d. Penelitian langsung (survei/kajian)
C. PENANGANAN KELUHAN
Penyampaian keluhan atau pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta pelaksana penyelenggara program. Penyampaian keluhan atau pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak untuk perbaikan program. Penanganan keluhan/pengaduan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.
2. Untuk menangani keluhan/pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah Sakit/Dinas Kesehatan
3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM/unit yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten/kota dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkat yang lebih tinggi

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program JAMKESMAS dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).
E. PELAPORAN
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) secara rutin setiap bulan ( sesuai pedoman pelaporan ). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program JAMKESMAS mengirimkan laporan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota untuk direkap

Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, , kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak awal Agenda 100 hari











BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
1. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
C. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.







BAB III
TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS , yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir .
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.


B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN.
Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat







BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan penyelenggaraan program JAMKESMAS secara nasional, diukur dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1. Indikator Input
Untuk indikator input yang akan dinilai yaitu: a. Adanya Tim Koordinasi JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota b. Adanya Tim Pengelola JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota c. Adanya Pelaksana Verifikasi di semua RS d. Tersedianya anggaran untuk manajemen operasional e. Tersedianya APBD untuk maskin diluar Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
2. Indikator Proses
Untuk indikator proses yang akan dinilai yaitu: a. Adanya database kepesertaan 100% di Kabupaten/Kota b. Tercapainya distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% c. Pelaksanaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS (INA-DRG) d. Penyampaian klaim yang tepat waktu e. Pelaporan yang tepat waktu



3.Indikator Output
Untuk indikator Output yang diinginkan dari program ini yaitu: a. Peningkatan cakupan kepesertaan dengan indikator yaitu: 1) 100% Kabupaten/Kota mempunyai data base kepesertaan 2) Cakupan kepemilikan kartu 100% b. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan dengan indikator: 1) Kewajaran tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2) Kewajaran tingkat rujukan dari PPK I ke PPK II/III 3) Kewajaran Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) 4) Kewajaran Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL),
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
2. Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi
a. Pendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan, kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dokumentasi dan penanganan keluhan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi jumlah kunjungan masyarakat miskin ke Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap c. Pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke Puskesmas, verifikasi klaim tagihan dan pencairan dana ke Rumah Sakit, pertanggungjawaban keuangan
3. Mekanisme pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Pengelolaan Pelaporan Program (pengolahan dan Analisis)
c. Kunjungan lapangan dan supervisi d. Penelitian langsung (survei/kajian)
C. PENANGANAN KELUHAN
Penyampaian keluhan atau pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta pelaksana penyelenggara program. Penyampaian keluhan atau pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak untuk perbaikan program. Penanganan keluhan/pengaduan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.
2. Untuk menangani keluhan/pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah Sakit/Dinas Kesehatan
3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM/unit yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten/kota dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkat yang lebih tinggi

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program JAMKESMAS dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).
E. PELAPORAN
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) secara rutin setiap bulan ( sesuai pedoman pelaporan ). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program JAMKESMAS mengirimkan laporan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota untuk direkap

Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, , kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak awal Agenda 100 hari











BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
1. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
C. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.







BAB III
TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS , yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir .
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.


B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN.
Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat







BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan penyelenggaraan program JAMKESMAS secara nasional, diukur dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1. Indikator Input
Untuk indikator input yang akan dinilai yaitu: a. Adanya Tim Koordinasi JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota b. Adanya Tim Pengelola JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota c. Adanya Pelaksana Verifikasi di semua RS d. Tersedianya anggaran untuk manajemen operasional e. Tersedianya APBD untuk maskin diluar Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
2. Indikator Proses
Untuk indikator proses yang akan dinilai yaitu: a. Adanya database kepesertaan 100% di Kabupaten/Kota b. Tercapainya distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% c. Pelaksanaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS (INA-DRG) d. Penyampaian klaim yang tepat waktu e. Pelaporan yang tepat waktu



3.Indikator Output
Untuk indikator Output yang diinginkan dari program ini yaitu: a. Peningkatan cakupan kepesertaan dengan indikator yaitu: 1) 100% Kabupaten/Kota mempunyai data base kepesertaan 2) Cakupan kepemilikan kartu 100% b. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan dengan indikator: 1) Kewajaran tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2) Kewajaran tingkat rujukan dari PPK I ke PPK II/III 3) Kewajaran Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) 4) Kewajaran Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL),
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
2. Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi
a. Pendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan, kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dokumentasi dan penanganan keluhan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi jumlah kunjungan masyarakat miskin ke Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap c. Pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke Puskesmas, verifikasi klaim tagihan dan pencairan dana ke Rumah Sakit, pertanggungjawaban keuangan
3. Mekanisme pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Pengelolaan Pelaporan Program (pengolahan dan Analisis)
c. Kunjungan lapangan dan supervisi d. Penelitian langsung (survei/kajian)
C. PENANGANAN KELUHAN
Penyampaian keluhan atau pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta pelaksana penyelenggara program. Penyampaian keluhan atau pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak untuk perbaikan program. Penanganan keluhan/pengaduan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.
2. Untuk menangani keluhan/pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah Sakit/Dinas Kesehatan
3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM/unit yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten/kota dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkat yang lebih tinggi

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program JAMKESMAS dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).
E. PELAPORAN
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) secara rutin setiap bulan ( sesuai pedoman pelaporan ). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program JAMKESMAS mengirimkan laporan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota untuk direkap

Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, , kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak awal Agenda 100 hari











BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
1. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
C. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.







BAB III
TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS , yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir .
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.


B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN.
Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat







BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan penyelenggaraan program JAMKESMAS secara nasional, diukur dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1. Indikator Input
Untuk indikator input yang akan dinilai yaitu: a. Adanya Tim Koordinasi JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota b. Adanya Tim Pengelola JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota c. Adanya Pelaksana Verifikasi di semua RS d. Tersedianya anggaran untuk manajemen operasional e. Tersedianya APBD untuk maskin diluar Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
2. Indikator Proses
Untuk indikator proses yang akan dinilai yaitu: a. Adanya database kepesertaan 100% di Kabupaten/Kota b. Tercapainya distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% c. Pelaksanaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS (INA-DRG) d. Penyampaian klaim yang tepat waktu e. Pelaporan yang tepat waktu



3.Indikator Output
Untuk indikator Output yang diinginkan dari program ini yaitu: a. Peningkatan cakupan kepesertaan dengan indikator yaitu: 1) 100% Kabupaten/Kota mempunyai data base kepesertaan 2) Cakupan kepemilikan kartu 100% b. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan dengan indikator: 1) Kewajaran tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2) Kewajaran tingkat rujukan dari PPK I ke PPK II/III 3) Kewajaran Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) 4) Kewajaran Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL),
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
2. Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi
a. Pendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan, kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dokumentasi dan penanganan keluhan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi jumlah kunjungan masyarakat miskin ke Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap c. Pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke Puskesmas, verifikasi klaim tagihan dan pencairan dana ke Rumah Sakit, pertanggungjawaban keuangan
3. Mekanisme pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Pengelolaan Pelaporan Program (pengolahan dan Analisis)
c. Kunjungan lapangan dan supervisi d. Penelitian langsung (survei/kajian)
C. PENANGANAN KELUHAN
Penyampaian keluhan atau pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta pelaksana penyelenggara program. Penyampaian keluhan atau pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak untuk perbaikan program. Penanganan keluhan/pengaduan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.
2. Untuk menangani keluhan/pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah Sakit/Dinas Kesehatan
3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM/unit yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten/kota dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkat yang lebih tinggi

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program JAMKESMAS dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).
E. PELAPORAN
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) secara rutin setiap bulan ( sesuai pedoman pelaporan ). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program JAMKESMAS mengirimkan laporan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota untuk direkap

Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, , kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak awal Agenda 100 hari











BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
1. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
C. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.







BAB III
TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS , yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir .
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.


B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN.
Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat







BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan penyelenggaraan program JAMKESMAS secara nasional, diukur dengan indikator- indikator sebagai berikut:
1. Indikator Input
Untuk indikator input yang akan dinilai yaitu: a. Adanya Tim Koordinasi JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota b. Adanya Tim Pengelola JAMKESMAS di tingkat Pusat/Prop/Kabupaten/Kota c. Adanya Pelaksana Verifikasi di semua RS d. Tersedianya anggaran untuk manajemen operasional e. Tersedianya APBD untuk maskin diluar Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
2. Indikator Proses
Untuk indikator proses yang akan dinilai yaitu: a. Adanya database kepesertaan 100% di Kabupaten/Kota b. Tercapainya distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% c. Pelaksanaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS (INA-DRG) d. Penyampaian klaim yang tepat waktu e. Pelaporan yang tepat waktu



3.Indikator Output
Untuk indikator Output yang diinginkan dari program ini yaitu: a. Peningkatan cakupan kepesertaan dengan indikator yaitu: 1) 100% Kabupaten/Kota mempunyai data base kepesertaan 2) Cakupan kepemilikan kartu 100% b. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan dengan indikator: 1) Kewajaran tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2) Kewajaran tingkat rujukan dari PPK I ke PPK II/III 3) Kewajaran Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) 4) Kewajaran Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL),
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Tujuan pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.
2. Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi
a. Pendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan, kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dokumentasi dan penanganan keluhan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi jumlah kunjungan masyarakat miskin ke Puskesmas dan Rumah Sakit, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap c. Pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke Puskesmas, verifikasi klaim tagihan dan pencairan dana ke Rumah Sakit, pertanggungjawaban keuangan
3. Mekanisme pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui:
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Pengelolaan Pelaporan Program (pengolahan dan Analisis)
c. Kunjungan lapangan dan supervisi d. Penelitian langsung (survei/kajian)
C. PENANGANAN KELUHAN
Penyampaian keluhan atau pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta pelaksana penyelenggara program. Penyampaian keluhan atau pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak untuk perbaikan program. Penanganan keluhan/pengaduan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.
2. Untuk menangani keluhan/pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah Sakit/Dinas Kesehatan
3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM/unit yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten/kota dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkat yang lebih tinggi

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program JAMKESMAS dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).
E. PELAPORAN
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) secara rutin setiap bulan ( sesuai pedoman pelaporan ). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program JAMKESMAS mengirimkan laporan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota untuk direkap

Senin, 19 Januari 2009

Etika

BAB I
PENDAHULUAN

Mengetahui bahwa di lingkungan kita terdapat bermacam-macam karakter orang yang berbeda-beda. Sebagian besar orang memiliki hati yang baik dan selalu mencoba untuk menaati peraturan. Akan tetapi, ada beberapa orang jahat yang ingin menyebabkan kekacauan.
Dalam konteks keamanan, orang-orang yang membuat kekacauan di tempat yang tidak berhubungan dengan mereka disebut intruder.
Etika sebagai praktis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikan atau justru tidak dipraktikan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam Etika sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Secara filosofi Etika memiliki arti yang luas sebagai pengkajian moralitas.
Terdapat tiga bidang dengan fungsi dan perwujudannya yaitu Etika deskriptif (descriptive ethics), dalam konteks ini secara normatif menjelaskan pengalaman moral secara deskriptif berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan sesuatu tindakan dalam tingkah laku manusia. Kedua, Etika normatif (normative ethics), yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia. Ketiga, metaetika (metaethics), yang berusaha untuk memberikan arti istilah dan bahasa yang dipakai dalam pembicaraan Etika serta cara berfikir yang dipakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan Etika Metaetika mempertanyakan makna yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan (Bambang Rudito dan Melia Famiola: 2007)




BAB II
PEMBAHASAN


1. PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah ilmu kritis yang mempertanyakan dasar rasionalitas sistem-sistem moralitas yang ada.atau Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
a. Perbedaan etika dengan moralitas :
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti watak, tingkah laku seseorang. Dengan demikian etika berkaitan dengan kelakuan manusia. Akan tetapi kita perlu mengetahui bahwa etika tidak sama dengan moral atau moralitas.
Moralitas adalah sistem nilai mengenai bagaimana manusia harus hidup secara baik sebagai manusia. RF. Atkinson bahkan mendefinisikannya sebagai kumpulan keyakinan yang berlangsung dalam suatu masyarakat mengenai karakter dan perilaku, mengenai apa yang harus dilakukan oleh masyarakat atau mengenai tindakan yang harus dibuat untuk menjadi orang yang baik.
Sistem nilai atau seperangkat keyakinan itu terkandung dalam ajaran yang berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan sebagainya. Hal-hal seperti itu didapatkan melalui orang-orang bijaksana, agama, kebudayaan tertentu mengenai bagaimana manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Dengan demikian moralitas bertujuan dan bertugas untuk memberikan kepada manusia aturan atau petunjuk konkret bagaimana manusia harus hidup, bagaimana ia harus bertindak dalam hidup manusia sebagai manusia yang baik dan bagaimana ia harus menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.
Etika tidak kita lihat seperti hal diatas karena etika merupakan permenungan kritis mengenai nilai-nilai dan norma morla.. Dengan kata lain, etika akan bertanya mengapa ajaran moral mengatakan ini boleh dan ini tidak boleh, apa dasar saya harus mengikuti tuntutan itu dan menolak tuntutan yang lain. Dengan demikian etika justru membuat kita tanggap terhadap situasi dan berbagai tuntutan dan nilai moral. Etika juga menjadikan kita mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran tertentu dan menjadikan kita mengerti mengapa kita harus menolak ajaran yang lain. Disinilah jelas etika membangkitkan sikap kritis dalam diri kita terhadap berbagai macam tuntutan dan dari berbagai pihak, maka jelas etika tidak menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, karena hanya merupakan refleksi dan yang membuat keputusan adalah manusia itu sendirri dengan kebebasan dan hati nuraninya.
- Pengertian Baik
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif)

- Pengertian Buruk
Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku

b. Cara Penilaian Baik Dan Buruk
Menurut Ajaran Agama, Adat Kebiasaan, Kebahagiaan, Bisikan Hati (Intuisi), Evolusi, Utilitarisme, Paham Eudaemonisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran Naturalisme, Aliran Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme, Aliran Marxisme, Aliran Komunisme
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini. Khusus penilaian perbuatan baik dan buruk menurut agama, adapt kebiasaan, dan kebudayaan tidak akan dibahas disini.

2. TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.

Kegunaan Etika:
1. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral yang kita hadapi.
2. Etika membantu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
3. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
4. Etika membantu agamawan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman kepercayaan sehingga tidak tertutup dengan perubahan jaman
a. Perbedaan etika dan etiket
Dalam pembicaraan sehari-hari sering tidak bisa dibedakan antara etika dan etiket. Dengan kata lain sering kedua istilah ini dicampuradukkan. Keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang hakiki, perbedaan tersebut adalah:
1) Etiket berkaitan dengan cara suatu perbutan yang harus dilakukan. Misalnya jika anak menerima sesuatu dari orang lain, ia hartus menggunakan tangan kanan. Dia akan dianggap melanggar etiket kalau ia menggunakan tangan kiri untuk menerima sesuatu. Dengan kata lain, etiket adalah tata krama atau sopan santun. Di dalamnya terkandung kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang-orang yang telah beradab. Jadi etiket lebih membahas “apa yang sopan dan pantas”. Etika tidak terbatas pada cara yang dilakukan dalam suatu perbuatan. Etika justru memberi norma tentang suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Dengankata lain, etika justru lebih mendalam daripada etiket. Jadi etika justru menyangkut perbuatan itu sendiri, sementara etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan dilakukan.
2) Etiket hanya berlaku dalam interaksi ataupun relasi dengan sesama. Dengan kata lain bila tidak ada orang lain yang hadir dan melihat sebagai saksi mata dalam melakukan perbuatan, maka etiket sebenarnya tidak berlaku. Etika tidak bergantung akan hadirnya saksi, karena etika sendiri merupakan nilai yang menjadi norma dan mendasari suatu tindakan.
3) Etiket bersifat relative, yang artinya bisa berlaku dalam tempat, budaya, situasi tertentu namun tidak sama dalam tempat, budaya dan situasi yang lain. Etika jauh bersifat mutlak, kerana berlaku disetiap tempat, kebudayaan dan situasi serta tidak bisa ditawar-tawar atau diberi dispensasi.
4) Etiket memandang manusia hanya dari segi lahiriah saja, sedangkan etika justru menyangkut manusia dari segi mendalam. Orang bisa saja mengikuti tata cara secara penuh dan diperlihatkan dalam tindakan, akan tetapi batinnya justru bobrok dan penuh dengan kebusukan, banyak orang yang nampaknya baik akan tetapi justru melalui kebaikan yang ia tunjukkan dia justru mempunyai rencana yang jahat.
b. Persamaan etika dan etiket
Selain perbedaan ada persamaan yang mendasar antara etika dan etiket, persamaan itu adalah:
a) Etika dan etiket sama-sama menyangkut perilaku manusia.
b) Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, yang artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat normatif ini kedua istilah memang sering gampang dicampuradukkan.
c. Jenis-jenis etika
Beberapa pandangan terhadap etika:
Etika dapat ditinjau dari beberapa pandangan. Dalams ejarah lazimnya pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.
a) Etika filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
b) Etika teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
1. Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.
2. Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
3. Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.
c) Etika sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.
d) Etika Diskriptif dan Etika Normatif
Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika, yaitu :

- Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
- Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.

b. Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
1. Norma sopan santun
norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
2. Norma hukum
norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.
3. Norma moral
norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan yaitu :
1. Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
2. Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk perintah atau larangan.
3. Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
4. Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
3. MACAM-MACAM ETIKA
a. Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
b. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan.
c. Faham Kebahagiaan (Hedonisme)
“Tingkah laku atau perbuatan yang melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan/kelezatan
d. Bisikan Hati (Intuisi)
Bisikan hati adalah “kekuatan batin yang dapat mengidentifikasi apakah sesuatu perbuatan itu baik atau buruk tanpa terlebih dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan itu”.
e. Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu (secara berangsur-angsur)

BAB III
PENUTUP

Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti watak, tingkah laku seseorang. Dengan demikian etika berkaitan dengan kelakuan manusia. Akan tetapi kita perlu mengetahui bahwa etika tidak sama dengan moral atau moralitas.
Etika adalah ilmu kritis yang mempertanyakan dasar rasionalitas sistem-sistem moralitas yang ada.atau Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia



DAFTAR PUSTAKA


http://72.14.235.132/search?q=cache:gkaveLo9SgIJ:zaki-math.web.ugm.ac.id/matematika/etika_profesi/pengantar.pdf+pendahuluan+etika&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id
http://72.14.235.132/search?q=cache:gmfG77ox8NkJ:www.uika-bogor.ac.id/doc/public/etika%2520bisnis%2520islam.pdf+etika&hl=id&ct=clnk&cd=14&gl=id
http://my-php.net/blog3/
http://prabu.wordpress.com/2007/10/25/etika/
http://bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/SistemOperasi/BUKU/SistemOperasi-4.X-2/ch22s02.html


Rabu, 14 Januari 2009

Flu Burung

FLU BURUNG

Pengertian

Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan.

Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

Gejala

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

a. Gejala pada unggas
- Jengger berwarna biru
- Borok di kaki
- Kematian mendadak

b. Gejala pada manusia
- Demam (suhu badan diatas 38 �C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot

Masa Inkubasi
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

Penularan

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

Penyebaran

Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:
Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.

Pencegahan

a. Pada Unggas:

1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat


b. Pada Manusia :

1.Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

f. Imunisasi.

Pengobatan

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah.

a) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

b) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

c) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.

Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.
2. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) tetapi di Indonesia belum ditemukan adanya kasus pada manusia.

3. Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan.
B. Saran

Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

Persentase Bokong

BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tapi bisa terjadi komplikasi salah satunya adalah presentasi bokong dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri. Insidensi presentasi bokong adalah 3% dari jumlah persalinan sekalipun insidensinya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian terhadap bayi sekitar 20% sampai 30% (Manuaba, I.B.G, 1998, hal 360).
Barometer yang lebih baik serta lebih peka untuk menilai pelayanan kebidanan adalah angka kematian perinatal. Secara global, World Health Organitation pada tahun 2002 memperkirakan sekitar 10.000.000 perinatal meninggal setiap tahunnya (Manuaba, 2002, hal 16)
Pada tahun 2006 indonesia merupakan Negara dengan angka kematian bayi tertinggi di ASEAN. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2006 berkisar 39 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Vietnam 15 per 1000 kelahiran hidup, Filipina 28 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 8 per 1000 kelahiran hidup dan Singapura hanya 3 per 1000 kelahiran hidup (http: //www.kabar Indonesia on line tanggal 24 maret 2007).
Data yang didapatkan dari dinas kesehatan propinsi sulawesi selatan tahun 2007 angka kematian bayi 264 orang dari 134.428 kelahiran hidup.
Di Puskesmas Mamajang Makassar tahun 2007, jumlah seluruh persalinan 1699 orang, jumlah persalinan dengan LBK 1678 orang (98,8%), jumlah persalinan dengan persentasi bokong 17 orang (1%) dan lain-lain 4 orang (0,2%) dengan faktor penyebab plasenta letak rendah, plasenta previa, dan mioma pada kehamilan.
Komplikasi yang dapat terjadipada presentasi bokong dan merupakan penyebab utama kematian bayi adalah perdarahan intracranial, asfiksia, fraktur humerus, femur dan klavikula (Jones, 2002 hal 152).
Untuk meminimalkan resiko pada janin perlu perhatian dan pengambilan keputusan cepat dan tenaga yang terampil dalam penanganannya sehingga penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny ”H” , Persalinan dengan Presentasi Bokong dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
B Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan adalah manajemen asuhan kebidanan pada Ny ”H”, persalinan dengan presentasi bokong dipuskesmas Mamajang Makassar tanggal 7Juli 2008.
C Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny ”H”,persalinan dengan persentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar tanggal 7 Juli 2008 dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
2. Tujuan khusus.
a. Dapat melaksanakan pengkajian / analisa data pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
b. Dapat merumuskan diagnosa / masalah actual pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
c. Dapat merumuskan diagnosa / masalah potensial Ny ”H”, persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
d. Dapat mengevaluasi perlunya tindakan segera / kolaborasi pada Ny ”H” , persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
e. Dapat menyusun rencana tindakan kebidanan pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada ”H”, persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
h. Dapat mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
D Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis .
Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya menangani asfiksia neonatorum.
2. Manfat Ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan dan cakrawala berfikir bagi bidan yang berkaitan dengan asfiksia neonatorum.
3. Manfaat Institusi
Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah berikutnya.
4. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dan memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak terutama berkaitan dengan asfiksia neonatorum.
E Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode :


1. Studi kepustakaan
Mempelajari literature-literatur dan data dari internet yang berkaitan dan relevan dengan isi makalah.
2. Studi kasus
Dengan menggunakan metode pendekatan proses manajemen kebidanan yang meliputi : pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnosa / masalah actual dan potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi,menyusun rencana tindakan,melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan.
Untuk menghimpun data / informasi dalam pengkajian menggunakan tehnik :
a. Anamnese
Anamnese langsung dengan klien,keluarga,bidan dan dokter diruang perawatan yang berhubungan dengan masalah klien.
b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistimatis pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang (laboratorium).
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi respon terhadap kondisi yang dialami , status serta pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.

3. Studi dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungandengan keadaan klien baik yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium maupun diagnostic lainnya.
4. Diskusi
Diskusi dengan kesehatan yaitu dengan bidan atau dokter yang menangani langsung klien tersebut dan pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
F Sistimatika Penulisan
Adapun sistimatika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistimatika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Persalinan
1. Pengertian
2. Sebab- sebab terjadinya persalinan
3. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
4. Diagnosa persalinan
B. Tinjauan tentang Presentasi bokong
1. Pengertian Presentasi bokong
2. Klasifikasi Presentasi bokong
3. Etiologi Presentasi bokong
4. Diagnosis Presentasi bokong
5. Prognosis Presentasi bokong
6. Komplikasi Presentasi bokong
7. Penanganan Presentasi bokong
C. Tinjauan tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB III : STUDY KASUS
A. Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data
B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
C. Langkah III: Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
D. Langkah IV: Tindakan segera dan Kolaborasi
E. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan
F. Langkah VI: Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
G. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan

BAB IV : PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini di uraikan tentang kesenjangan antara teori dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan presentasi bokong yang meliputi pengkajian dan analisa data, merumuskan diagnosa / masalah aktual, merumuskan diagnosa / masalah potensial, tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang persalinan
1. Pengertian
a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup diluar dari dalam uterus ke dunia luar (Rustam.M.1998, hal 91 dan hanifa.W.2002,hal 180).
b. Persalinan adalah membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir (Saifuddin.2002, hal 100).
2. Sebab – sebab terjadinya persalinan (Mochtar Rustam,1998,hal 92). Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar. Beberapa teori yang dikemukakan antara lain :
a. Teori pengeluaran hormon
Satu sampai dua minggu belum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai pemenang otot – otot polos dinding rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya estrogen dan progeston yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distansi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero- plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion ( fleksus frankenhauser ).Bia ganglion ini ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
e. Induksi partus ( induction for labor ), partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : laminaria di masukkan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan permenit ( Mochtar Rustam, 1998, hal 92 ).
3. Faktor- faktor yang berperan dalam persalinan ( Mochtar Rustam, 1998, hal 93).
a. Kekuatan mendorong janin keluar ( power )
1) His ( kontraksi uterus )
2) Kontraksi otot- otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma
b. Faktor janin
c. Faktor jalan lahir
4. Diagnosa persalinan ( Mochtar R, 1998, hal 94-97 )
a. Kala I ( kala pembukaan )
Partus dimulai ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah ( bloody show ) karena serviks mulai membuka ( dilatasi ) dan mendatar ( effacement ).Darah berasal dari pecahnya kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam
2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 subfase :
a) Fase ekselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Fase deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
b. Kala II ( kala pengeluaran janin )
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, dan cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refletoris menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti buang air besar, dengan anus terbuka . Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan terpimpin akan lahirlah kepala diikuti dengan seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½ jam dan pada multi ½ sampai 1 jam.
c. Kala III ( kala pengeluaran uri )
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dan fundus uterisetinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his plasenta dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, dan terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontandan dengan sedikit dorongan dari atas symphisis maka plasenta akan lahir yang berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir . Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Kala III berlangsung ½ jam pada primi dan multi ¼ jam.
d. Kala IV ( kala pengawasan )
Adalah kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post parfum.
B. Tinjauan tentang Presentasi Bokong
a. Pengertian presentasi bokong
1) Yaitu presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu (memanjang) , kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri atau didaerah pintu atas panggul / simfisis ( Saifuddin , A.B , 2000, hal 520 ).
2) Presentasi bokong adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim , kepala berada difundus dan bokong dibawah ( Mochtar Rustam, 1998, hal 350 ).
b. Klasifikasi presentasi bokong ( Mochtar. R, 1998, hal 350 )
a) Letak bokong (Frank Breech) adalah letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas.



Gambar 1 letak bokong
(prawirohardjo, 1999, hal 608)
b) Letak bokong sempurna ( Complete breech ) adalah letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong ( letak bokong kaki sempurna atau lipat kejang ).

Gambar 2 . Letak bokong sempurna
( Prawiroharjo, 1999, hal 608 )
c) Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech ) adalah letak bokong dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.

Gambar 3, Letak bokong tidak sempurna
( Prawiroharjo, 1999, hal 608 )
c. Prognosis presentasi bokong ( Cunningham, 1997, hal 762-763 )
Bila dibandingkan dengan presentasi kepala,pada presentasi bokong,baik ibu maupun bayi akan menghadapi resiko yang lebih besar, Schutte,dkk, (1985 ) melaporkan setelah dilakukan koreksi berdasarkan usia kehamilan, defek genital dan berat lahir,maka kematian perinatal lebih tinggi pada bayi dengan presentasi bokong daripada presentasi verteks.
d. Etiologi ( Manuaba,1998, hal 361
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :
a) Sudut ibu
1) Keadaan rahim
a) Rahim arkuatus
b) Septum pada rahim
c) Uterus dupleks
d) Mioma pada kehamilan
2) Keadaan plasenta
a) Plasenta letak rendah
b) Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
a) Kesempatan panggul
b) Deformitas tulang panggul
c) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala
b) Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek dan lilitan tali pusat
2) Hidrosefalus atau anensefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidramnion atau oligohidramnion
5) Prematuritas
e. Diagnosis presentasi bokong ( Cunningham, dkk, 1997, hal 761-762 )
Diagnosis presentasi bokong dapat ditegakkan melalui pemeriksaan:
a) Anamnese
Gerakan anak terasa lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut bagian atas terasa benda keras ( kepala ).
b) Palpasi
1) Leopold I : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat dalm fundus.

Gambar 4. Pemeriksaan Leopold I pada letak sungsang
( Sumber : Prawiroharjo, hal 607 )
2) Leopold II : Untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian kecil.

Gambar 5. Pemeriksaan Leopold II pada letak sungsang
( sumber : Prawiroharjo, 1999, hal 607 )
3) Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah / bagian terendah janin



Gambar 6 , Pemeriksaan Leopold III pada letak sungsang
( Sumber : Prawiroharjo , 1999 , hal 607 )
4) Leopold IV : Berapa masuknya bagian terendah janin masuk kedalam rongga panggul.

Gambar 7. Pemeriksaan Leopold IV pada letak sungsang
( Sumber : Prawiroharjo, 1999, hal 607 )

c) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila engagement, suara jantung terdengar dibawah umbilikalis.
d) Pemeriksaan dalam
Diagnosis presentasi bokong dapat lebih ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan dalam pada saat ketuban sudah pecah. Untuk lebih membedakan pada saat melakukan pemeriksaan dalam antara anus dan mulut adalah : (Mochtar Rustam,1998)
1) Anus : Teraba tulang yang kecil, teraba tahanan otot, tidak ada refleks mengisap, tuberositas iskiadika dan anus akan membentuk garis lurus, dan bila jari dikeluarkan sering kali berlumutan mekonium.
2) Mulut : ada refleks mengisap, teraba bagian rahang yang lebih keras, mulut dan kedua tonjolan kedua tulang pipi akan menyerupaibentuk segitiga.
Sedangkan pada pemeriksaan dalam untuk membedakan antara kaki dan tangan/siku :
1) Kaki : Teraba tumit, membentuk sudut 900 , teraba rata pada jari – jari
2) Tangan / siku : Teraba jari – jari panjang, dan jari – jari tersebut tidak rata (Mochtar R, 1998,352)
Pada pemeriksaan bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong (Prawirohardjo, 1999, hal 611).
f. Pemeriksaan sinar – X, dan USG
Menurut Cunningham, USG merupakan pemeriksaan yang ideal untuk memastikan prakiraan klinis presentasi bokong dan juga untuk mengidentifikasisetiap kelamin janin.
Apabila persalinan direncanakan dengan seksio sesarea tanpa kecuali, hanya ada beberapa keadaan dimana pemeriksaan sinar-x dapat dibenarkan. Bila wanita dalam keadaan inpartu dan diperkirakan dapat melahirkan pervaginam, maka tipe presentasi bokong sangat penting untuk diperhatikan. Te hnik imaging ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang tipe presentasi bokong, ada tidaknya fleksi kepala bayi, dan pengukuran panggul secara akurat.
g. Komplikasi presentasi bokong (Saifuddin, 2002, hal 201)
a) Komplikasi presentasi bokong pada Ibu :
1. Pelepasan plasenta
2. perlukaan vagina dan serviks
3. Endometritis
b) Komplikasi pada janin :
1. Prolaps tali pusat
2. Trauma pada bayi akibat : Tangan/kepala mengalami ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap, dan disproporsi sefalopelvik
3. Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, dan kepala macet
4. Perlukaan /trauma pada organ abdomen atau pada leher
5. Patah tulang leher
h. Penanganan presentasi bokong pada saat hamil (Saifuddin,2002, hal M66)
a) Lakukan versi luar, jika :
1. Kehamilan  37 minggu, dan kemungkinan besar lahir/dapat dilahirkan pervaginam, ketuban utuh dan air ketuban cukup
2. tidak ada komplikasi atau kontra indikasi (contohnya : pertumbuhan janin terlambat, perdarahan bekas seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi).
b) Jika versi luar berhasil, lanjutkan dengan persalinan normal
c) Jika versi luar gagal, lanjutkan dengan persalinan sungsang.
d) Pertolongan spontan (Bracht) pada primigravida sebaiknya dirumah sakit dan harus dievaluasi dengan hati – hati karena kelahiran bokong belum tentu kepala bisa lahir yang dapat membawa kematian janin. Kepala janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat.
e) Pada umur kehamilan 7-8 bulan dapat dicoba melakukan nungging 34x/hari selama 15 menit.
i. Penanganan presentasi bokong saat inpartu (Saifuddin,2000,hal 523).
a) Persalinan pervaginam oleh tenaga penolong yang terlatih akan aman bila:
1. Pelvis adekuat.
2. Complete bracht frank breech
3. Kepala fleksi
b) Ikuti kemajuan persalinan dengan seksama dengan partograf
c) Cara memimpin persalinan letak bokong secara bracht :
1. Sediakan alat resusitasi bayi
2. sikap menunggu sambil menyokong perineum
menunggu sampai badan janin sudah lahir sampai umbilicus, tali pusat ditarik sedikit kebawah dan sampai badan dilahirkan spontan sampai ujung bahu.
3. Membuat episiotomi
Tujuannya untuk meringankan peregangan dasar panggul (Pada primigravida harus dilakukan secara rutin).
4. melahirkan secara bracht
Bokong dicekap oleh kedua tangan dengan kedua Ibu jari pada pangkal paha dan jari – jari lain pada sakrum. Digerakkan seluruhnya kedepan dan keatas kearah perut Ibu, dengan demikian penolong memperkuat lordosis punggung fetus dan Ibu disuruh mengedan. Cara bracht dapat dibantu secara efektif oleh pembantu yang mengadakan tekanan dari atas dinding abdomen dengaan arah pelvis ke bawah.
5. Rotasi melalui sympisis
Dengan tekanan kedepan atau atas dan tetap sehingga badan anak hampir menyentuh dinding perut Ibu.
6. Lakukan pemeriksaan terhadap Bayi, apakah ada fraktur dan tanda – tanda perdarahan otak.
7. Bila ada penyulit :
1) Kesukaran dari permulaan (gelang bahu tidak lahir spontan) segera ganti dengan metode melahirkan bahu lengan.
2) Bahu-lengan lahir spontan, tetapi kepala tidak mengikuti, lahirkan kepala menurut cara melahirkan kepala secara mauriceau atau cunam piper.
C. Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidanan
a. Pengertian proses manajemen asuhan kebidanan
Proses manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi melalui tindakan yang logical dalam memberi pelayanan (Simatupang, 2006, hal 61-62).
b. Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan
Langkah I : Mengumpulkan data dan analisa data dasar
Pengumpulan data dasar untuk menilai klien, yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul atas indikasi atau catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua informasi saling berhubungan dari semua sumber yaitu menyangkut dengan kondisi pasien.
Langkah II : Merumuskan diagnosa / masalah aktual
Mengidentifikasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda – beda. Problem tidak dapat didefinisikan sebagai suatu diagnosa tetapi memerlukan suatu pengembangan rencana keperawatan secara menyeluruh pada klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami klien.
Langkah III : Merumuskan diagnosa / masalah aktual
Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor – faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera, tindakan pemecahan bila memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Langkah IV : Menentukan tindakan segera / kolaborasi
Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus – menerus ini menghasilkan data baru yang juga segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.
Langkah v : Merencanakan tindakan asuhan kebidanan
Mengembangkan rencana asuhan kebidanan yang ditentukan pada langkah sebelumnya, juga antisipasi diagnosa dan masalah yang didasari atas rasional tindakan yang relevan yang diakui kebenarannya, sesuai dengan kondisi dan situasi, dan asumsi yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh bidan. Untuk efektifnya rencana harus ada persetujuan oleh bidan dan pasien, oleh sebab itu sebelumnya harus terlebih dahulu didiskusikan dengan klien.
Langkah VI : Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan konsultasi dan kolaborasi. Implementasi yang efisien akan mengurangi waktu perawatan dan biaya perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.
Langkah VII : Mengevaluasi asuhan kebidanan
Langkah akhir dari asuhan kebidanan adalah evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah asuhan kebidanan. Pada tahap ini, bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien berdasarkan tujuan yang direncanakan (simatupang 2006, hal 61-62)
c. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Rusdiknakes – JHPIEGO, 2003, Hal 42-43)
Metode dokumentasi SOAP merupakan intisari dari proses piker dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan catatan perkembangan klien (progress note) yang dicatat dalam rekam medik dengan pengertian :
S (Subyektif) adalah yang disampaikan oleh klien kepada pemeriksa.
O (Obyektif) adalah yang ditemukan baik melalui apa yang dilihat, diraba ataupun dirasakan oleh pemeriksa.
A (Assesmen / analisis) adalah kesimpulan pemeriksa berdasarkan dari data subyektif dan data obyektif
P (Planning) adalah penatalaksanaan asuhan, apa yang dilakukan dan dievaluasi berdasarkan assesmen/analisis sebelumnya.
Tabel 1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Langkah Proses Varney 5 langkah PKK Kompetensi Bidan Catatan perkembangan
(SOAP)
1. Pengumpulan Data 1) Pengumpulan data Subyektif
Obyektif
2. Diagnosis/masalah dan kebutuhan
3. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial
4. Menetapkan perlunya tindakan segera/kolaborasi 2) Diagnosis/masalah dan kebutuhan Assesmen (Kesimpulan) diagnosis/masalah dan kebutuhan
5. Rencana asuhan 3) Rencana Asuhan Planning/Penatalaksanaan
-Konsultasi
-Tes diagnostic/lab
-Pendidikan/konseling
-follow up
6. Implementasi langsung pd klien 4) Implementasi langsung pada klien
7. Evaluasi evektifitas asuhan yang diberikan 5) Evaluasi efektifitas Asuhan yang diberikan
Sumber: Pusdiknas-JHPIEGO,2003,hal 42-43


BAB III
STUDY KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “H”
PERSALINAN DENGAN PRESENTASI BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

No. Register : 764 / VII / 08
Tanggal Masuk : 07 – 07 – 2008 jam 15.00
Tanggal Pengkajian : 07 – 07 – 2008 jam 15.30
A. Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data
1. Identitas Istri / Suami
a. Nama : Ny. “H” / Tn. “A”
b. Umur : 25 Thn / 28 Thn
c. Suku : Bugis / Makassar
d. Pendidikan : SMP / SMP
e. Pekerjaan : IRT / Buru Harian
f. Agama : Islam / Islam
g. Perkawinan : 1 (Lamanya 8 Tahun)
h. Alamat : Jl.Mappanyukki
2. Tinjauan Kartu ANC
a. HPHT : 13 – 10 – 2007
b. TP : 20 – 07 – 2008
c. Ibu hamil ketiga tidak pernah keguguran
d. Tidak pernah menderita penyakit serius, tumor ( neoplasma), infeksi akut alat – alat reproduksi, bedah sesar, tidak ada riwayat alergi,dan ketergantungan obat dan alcohol.
e. Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit menular.
f. BB sebelum hamil 49 kg, berat badan setelah hamil 61 kg.
g. Mendapat Imunisasi TT 2x di puskesmas mamajang
3. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus kebelakang sejak tanggal 7 juli 2008 jam 09.00 wita
b. Sifat mules dan nyeri perut hilang timbul dan makin lama makin kuat.
c. Pengeluaran cairan vagina lender dan darah.
d. Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama di daerah sebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri.
e. Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga.
f. Ibu tidak bisa tidur karena nyeri perut
g. Ibu sudah BAK begitu masuk Rumah Sakit.
h. Ibu didampingi oleh orang tua dan suami.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum baik. Kesadaran komposmentis dan Ibu bisa berkomunikasi dengan petugas
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanan Darah : 120 / 80
2) Nadi : 88 x / menit
3) Pernapasan : 20 x / menit
4) Suhu : 37 0 C
c. Kepala :
1) Keadaan Rambut cukup bersih dan tidak mudah rontok
2) Tidak teraba massa dan nyeri tekan
d. Mata :
1) Sklera tidak Ikterus
2) Konjungtiva tidak pucat
e. Muka
Ekspresi wajah kadang meringis terutama bila His.
f. Mulut / Gigi :
Mulut / Gigi bersih, tidak berbau, karies (-)
g. Leher :
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limphe, dan vena jugularis
h. Payudara :
Puting susu terbentuk, hiperpigmentasi puting susu ada kolostrum jika areola dipencet.

i. Abdomen
1) Tampak streae Alba, linea nigra, tonus otot kendor dan pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
2) Palpasi menurut Leopold :
a) Leopold I 2 Jbpx (34 cm)
b) Leopol II Puka
c) Leopold III Bokong
d) Leopold IV Divergen
3) Lingkar perut 90 cm
4) TBJ = TFU X Lingkar perut =90 x 34 = 3060
5) Kontraksi uterus, frekuensi 3 x 10 menit, durasi 40” – 45”, intensitas kuat
6) Auskultasi DJJ lebih jelas pada kuadran atas kanan dengan frekuensi 130x/menit.
7) Tungkai :
Tidak ada varices dan oedema pada tungkai
8) Vagina dan vulva :
a) Tidak ada odema dan varices pada vulva
b) VT jam
1. Keadaan vagina : Tidak ada kelainan
2. Portio Lunak dan Tipis
3. Dilatasi serviks 6 cm
4. Ketuban utuh
5. Presentasi bokong murni
6. Penurunan Hodge II
7. Kesan panggul : Normal
8. Pelepasan lendir dan darah
9) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Juli 2008 jam
a. Haemoglobin : 11,8 gr % ( Nilai normal 12 – 14 %)
B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
GII PII A0, umur kehamilan 38 minggu 2 hari, puka, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala 1 fase aktif dengan masalah nyeri perut.
1. GIII PII A0
Data subyektif
Hamil yang ketiga, tidak pernah keguguran.
Data obyektif
a. Nampak adanya streae Albicans
b. Tonus otot perut kendor
Analisa dan Interpretasi :
Kehamilan yang kedua didukung oleh adanya streae albicans dan tonus otot perut kendor karena sudah ada peregangan sebelumnya. Pembesaran perut disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus disamping itu serabut – serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. (prawirohardjo,1999, hal 89).
2. Hamil 38 Minggu 2 hari
Data Subyektif :
a. Umur kehamilan menurut Ibu 9 bulan
b. HPHT Tanggal
Data Obyektif :
a. TFU 2 jbpx (32 cm)
b. Tanggal pengkajian 7 Juli 2008
Analisa dan Interpretasi :
Dari Hpht tanggal 13 – 10 – 2007 sampai tanggal pengkajian 7 Juli 2008 masa gestasi 38 minggu 2 hari (Mochtar R, 1998, hal 53).
3. Punggung kanan, situs memanjang
Data Subyektif :
a. Ibu mengatakan gerakan janinnya sering dirasakan pada bagian kiri Abdomen
Data Obyektif :
a. Palapasi Leopold II teraba punggung sebelah kanan sisi perut Ibu
b. Auskultasi DJJ pada kuadran atas perut kanan frekuensi 130 x / menit kuat dan teratur.
Analisa dan Interpretasi data :
Palpasi secara Leopold teraba tahanan yang keras, memanjang, lebar seperti papan pada sisi kanan perut Ibu dan sisi kiri perut Ibu teraba bagian – bagian kecil yaitu tungkai dan lengan. Badan janin dalam kypose di dalam uterus dan posisi tangan terdapat di depan dada, sehingga DJJ terdengar paling jelas pada punggung janin dekat dengan kepala (Prawirohardjo, 1999, 158-158)
4. Presentasi Bokong
Data subyektif :
a. Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang Iga.
Data Obyektif :
a. Palpasi Leopold I teraba kepala keras, bulat, dan melenting difundus
b. Palpasi Leopold III teraba bagian yang lunak dan tidak melenting di atas simfisis.
Analisa dan Interpretasi Data :
Apabila pada daerah fundus teraba bagian yang keras, melenting dan mudah digerakkan menanndakan bahwa janin dalam presentasi bokong (Prawirohardjo, 1999, hal 158).

5. Divergen
Data subyektif : -
Data Obyektif :
a. Leopold IV Divergen
b. Penurunan kepala 3/5
Analisa dan Interpretasi data :
Jika pada pemeriksaan Leopold IV kedua tangan pemeriksa sudah tidak bisa dipertemukan menandakan janin bergerak dalam panggul (Prawirohardjo, 1999, hal 158).
6. Tunggal
Data subyektif :
a. Ibu merasakan pergerakan janinnya terutama disebelah kiri abdomen.
Data Obyektif :
a. Pada saat palpasi teraba 2 bagian besar janin yaitu kepala berada di fundus, dan bokong berada di symphisis.
b. Auskultasi DJJ terdengar pada satu tempat yaitu sebelah kanan atas perut Ibu dengan frekuensi 130 x / menit.
Analisa dan Interpretasi Data :
Pada kehamilan ganda akan teraba dua ballotement atau teraba tiga bagian besar janin dan terdengar 2 denyut jantung janin dengan perbedaan 10 atau lebih. Berbeda dengan data yang ditemukan, yaitu hanya 2 bagian besar janin pada tempat yang berlawanan yaitu kepala dikuadran atas perut Ibu dan bokong di kuadran bawah perut perut Ibu menandakan janin tunggal (Saifuddin,A.B, 2002, Hal 313)
7. Hidup
Data Subyektif :
a. Ibu merasakan pergerakan janinnya
Data Obyektif :
a. DJJ Terdengar 130 x / menit pada sebelah kanan atas perut Ibu.
Analisa dan Interpretasi :
Adanya denyut jantung janin dan gerakan janin menandakan janin hidup (Mochtar Rustam, 1998, Hal 45)
8. Keadaan Ibu dan Janin baik
Data Subyektif :
a. Selama Hamil Ibu tidak pernah menderita penyakit serius
b. Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat pada sebelah kiri perut Ibu
Data Obyektif :
a. Keadaan Umum Ibu baik
b. Kesadaran Komposmentis
c. Tanda – tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
2) Nadi : 88 x / menit
3) Pernapasan : 20 x / menit
4) Suhu : 37 0 C
d. Konjungtiva merah muda, Sklera tidak ikterus.
e. Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
f. DJJ Terdengar jelas, kuat dan teratur 130 x / menit.
g. Tidak tampak oedema pada wajah dan tungkai.
Analisa dan Interpretasi Data :
a. Pergerakan janin yang dirasakan Oleh Ibu dan DJJ terdengar jelas dengan frekuensi 130 x / menit (Normal) menunjukkan keadaan janin baik (Prawirohardjo, 1999, 158 – 158)
b. Tanda–tanda vital merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan Ibu, konjungtiva merah muda, dan sklera mata tidak ikterus, tidak ada oedema pada vulva dan tungkai menandakan bahwa Ibu dalam keadaan baik (Prawirohardjo, 1999, hal 154 – 155).
9. Inpartu Kala I fase Aktif
Data subyektif :
a. Ibu mengeluh sakit perut tembus belakang dirasakan sejak tanggal 7 juli 2008 jam 09.00 wita, yang disertai pelepasan lendir dan darah.
b. Rasa sakit tembus ke belakang makin sering dan bertambah kuat.
Data Obyektif :
a. Kontraksi Uterus, frekuensi 3x10 menit, durasi 40”–45”, Intensitas kuat
b. VT tanggal 7 juli 2008 jam 16.00 wita
1) Keadaan vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio lunak dan tipis
3) Dilatasi serviks 6 cm
4) Ketuban utuh
5) Presentasi bokong murni
6) Penurunan hodge II
7) Kesan panggul normal
Analisa dan Interpretasi data :
Rasa sakit tembus belakang yang semakin kuat, dan dilatasi serviks 6 cm, penurunan hodge ii menandakan Ibu dalam inpartu kala I fase aktif (JNPK-KR, 2002, Hal 2-19).
10. Masalah nyeri perut
Data subyektif
a. Ibu merasakan sakit perut tembus belakang sejak tanggal 7 Juli 2008 jam 09.00 wita
b. Rasa sakit tembus kebelakang makin sering dan bertambah kuat.
Data Obyektif :
a. Kontraksi uterus, frekuensi 3x10 menit, durasi 40” – 45”, Intensitas kuat.
Analisa dan Interpretasi
a. Nyeri perut terjadi karena membukanya mulut rahim disertai peregangan otot polos rahim yang menimbulkan rangsangan cukup kuat untuk timbulnya nyeri.
b. Respon nyeri berasal dari saraf otonom pada mulut rahim (Saraf simpisis) dari segmen medulla spinalforalial 10,11,12 dan saraf simpatis sacral 2, 3, 4 dan nervus erigentis dan bersifat rasa nyeri yang menyebar (referend pain) (Prawirohardjo, 1999, hal 177).
C. Langkah III : Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
Potensial bayi lahir denga Asfiksia
Data subyektif : -
Data Obyektif : Leopold III Presentasi bokong
Analisa dan Interpretasi Data
Setelah bokong lahir dapat terjadi penekanan pada tali pusat sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan O2 dari plasenta ke janin sehingga janin kekurangan O2 dan dapat menyebabkan asfiksia (Prawirohardjo, 1999, hal 613).
D. Langkah IV : Evaluasi perlunya Tindakan segera / Kolaborasi
Tidak ada data yang mendukung
E. Langkah V : Rencana Tindakan
1. Tujuan
a. Kala I Persalinan Berlangsung normal
b. Kondisi Ibu dan janin tetap baik.
c. Ibu mendapatkan dukungan fisik dan psikologis dari petugas dan keluarga.
d. Ibu dapat beradaptasi secara fisiologi terhadap nyeri akibat kontraksi uterus.
e. Intake dan output seimbang
f. Tidak terjadi Infeksi
2. Kriteria
a. Pembukaan lengkap 4 jam kemudian tanggal 7 Juli 2008 jam 20.30 wita.
b. Penurunan kepala 0/5 pada tanggal 7 juli jam 20.30 wita.
c. Kontraksi uterus adekuat 4-5 x / dalam 10 menit kuat dan teratur.
d. TTV dalam batas normal :
1) Tekanan Darah systole 100 – 140 mmHg
Tekanan Darah diastole 60 – 90 mmHg
2) Nadi 60 – 100 x / menit
3) Suhu 37 – 380 C
4) Pernapasan 18 - 20 x / menit
e. Hidrasi adekuat 200 cc tiap 2 jam, intake dan output seimbang
f. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri
g. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Rencana Asuhan
a. Anjurkan Ibu untuk cuci kaki, BAK, sebelum naik ke tempat tidur
Rasional :
1) Dengan mencuci kaki merupakan tindakan aseptic untuk mencegah infeksi
2) BAK untuk mengosongkan kencing dan dapat mempercepat penurunan kepala.
b. Anjurkan Ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan tidur kesalah satu sisi secara bergantian.
Rasional :
Tidur miring ke salah satu sisi dapat meningkatkan suplay darah ke jantung, karena tidak terjadi penekanan pada vena cava inferior oleh uterus yang membesar.
c. Upayakan tindakan yang dapat mengurangi respon nyeri karena kontraksi.
Rasional :
Nyeri yang timbul dalam persalinan karena adanya kontraksi rahim sampai pembukaan lengkap diteruskan oleh syaraf yang keluar dari ruas tulang belakang, bagian dada (thorakal 11 dan 12 ) dan bagian pinggang (lumbal) 1 , dengan tekhnik counter pressure dan double hip squaze merupakan tindakan penekanan yang dapat membuat tidak aktifnya syaraf tersebut
d. Bimbing Ibu tehnik relaksasi dan pengaturan nafas terutama pada saat kontraksi dengan cara menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut.
Rasional :
Relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi dapat mengurangi ketegangan otot dan dapat mengalihkan perhatian Ibu terhadap rasa nyeri yang Dirasakan.
e. Beri hidrasi dengan minuman
Rasional :
Hidrasi oral setiap 2 jam apabila Ibu ingin minum dan mencegah terjadinya dehidrasi dan kelelahan oleh karena suplay nutrisi kejaringan tetap terpenuhi sehingga keadaan umum Ibu tetap baik yang memungkinkan his tetap adekuat.
f. Menganjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam atau apabila Ibu merasa ingin BAK.
Rasional :
1) Output yang seimbang akan melancarkan filtrasi glomerulus ginjal sehingga mencegah bahan-bahan toksik yang dapat mengakibatkan kerusakan ginjal karena pada saat kontraksi terjadi peningkatan metabolisme tubuh.
2) Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi penurunan kepala dan dapat terjadi his lemah sekunder.
g. Siapkan alat partus set steril, larutan klorin 0,5 %, air DTT, tempat placenta, tempat sampah, pakaian Ibu dan Bayi.
Rasional :
Dengan menyiapkan semua peralatan dan bahan yang akan dipergunakan dapat mempercepat proses persalinan dan mencegah infeksi silang.
h. Observasi :
1) Kemajuan persalinan setiap 4 jam
2) His setiap 30 menit
3) Pembukaan dan penurunan kepala setiap 4 jam atau bila ada indikasi.
4) Keadaan Ibu dan janin baik.
5) Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam atau bila ada indikasi.
6) Nadi setiap 30 menit atau bila ada indikasi
7) DJJ setiap 30 menit atau ada indikasi.
Rasional :
Dengan mengobservasi kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin memudahkan petugas dalam mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi.
i. Ajarkan Ibu cara meneran yang baik.
Rasional :
Dengan mengetahui cara meneran yang, Ibu dapat bekerjasama sehingga dapat mempercepat proses persalinan.
j. Menginformasikan hasil pemantauan kala I pada ibu dan keluarga
Rasional :
Memberikan kesiapan pada ibu dan keluarga.
k. Dokumentasikan hasil pemantauan kemajuan persalinan dalam partograf
Rasional :
Dengan mendokumentasikan hasil pemantauan kemajuan persalinan dalam partograf, memudahkan petugas dalam pemantauan kemajuan persalinan dan mengantisipasi masalah yang mungkin akan terjadi.
F. Langkah VI : Penatalaksanaan tindakan
Tanggal 7 juli 2008 jam 16.30 – 20.00 wita
1. Menganjurkan dan membantu Ibu untuk cuci kaki, BAK, sebelum naik ke tempat tidur
2. Menganjurkan Ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan
a. Ibu tidur miring ke salah satu sisi tubuh secara bergantian
b. Berdiri sambil berjalan-jalan di sekitar tempat tidur sambil menggoyangkan panggul seperti saat berdiri.
3. Mengupayakan tindakan yang dapat mengurangi respon nyeri karena kontraksi, Ibu dapat memilih tindakan berupa penekanan pada daerah sacrum secara berlawanan (Counter Pressure).
4. Membimbing Ibu tehnik relaksasi dan pengaturan nafas terutama pada saat kontraksi dengan cara menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut.
5. Memberi hidrasi dengan minum air putih 200 cc (1 gelas)
6. Menganjurkan dan membantu Ibu agar mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam atau apabila ibu merasa ingin BAK.
7. Menyiapkan alat partus set steril, larutan klorin 0,5 %, air DTT, Tempat placenta, tempat sampah pakaian Ibu dan bayi.
8. Mengobservasi his, DJJ, dan nadi
a. Jam 17.00 wita
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x / menit
b. Jam 17.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x menit
c. Jam 18.00
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 136 x / menit
Nadi 88 x / menit
d. Jam 18.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 140 x / menit
Nadi 84 x / menit

e. Jam 19.00
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 142 x / menit
Nadi 84 x / menit
f. Jam 19.30 wita
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
g. Jam 20.00 wita
1) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
b) Nadi : 84 x / menit
c) Pernapasan : 20 x / menit
d) Suhu : 370 C
2) Vagina touche dengan hasil :
a) Vulva/vagina tidak ada kelainan
b) Portio lunak dan tipis
c) Dilatasi serviks 8 cm
d) Penurunan hodge III
e) Presentasi bokong murni
f) Pelepasan lendir dan darah

3) His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
9. Mengajarkan Ibu cara meneran yang baik dan Ibu mengerti apa yang diajarkan.
10. Menginformasikan hasil pemantauan kala I pada Ibu dan keluarga
11. Mendokumentasikan hasil pemantauan
G. Langkah VII : Evaluasi
Tanggal 7 Juli 2008 jam 20.00 wita
1. Kala I Persalinan berlangsung dengan normal ditandai dengan :
a. Pembukaan lengkap tanggal 7 Juli 2008 dan penurunan kepala 0/5 jam 20.15 wita.
b. Kontraksi uterus adekuat 4-5 kali dalam 10 menit durasinya > 40 detik.
c. DJJ dalam batas normal rata – rata 146 x / menit
d. Ibu minum air putih 100 cc dan susu 100 cc tiap 2 jam.
e. Kondisi Ibu dan janin baik.
f. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA I PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

A. Data Subyektif (S)
1. HPHT : 13 – 10 – 2007
2. TP : 20 – 07 – 2008
3. Ibu hamil ketiga tidak pernah keguguran
4. BB sebelum hamil 49 kg, berat badan setelah hamil 61 kg.
5. Mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus kebelakang sejak tanggal 7 juli 2008 jam 09.00 wita
6. Sifat mules dan nyeri perut hilang timbul dan makin lama makin kuat.
7. Pengeluaran cairan vagina lender dan darah.
8. Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama di daerah sebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri.
9. Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga.
10. Ibu tidak bisa tidur karena nyeri perut
11. Ibu sudah BAK begitu masuk Rumah Sakit.
12. Ibu didampingi oleh orang tua dan suami.


B. Data Obyektif (O)
1. Keadaan Umum baik. Kesadaran komposmentis dan Ibu bisa berkomunikasi dengan petugas
2. Tanda – tanda vital
a. Tekanan Darah : 120 / 80
b. Nadi : 88 x / menit
c. Pernapasan : 20 x / menit
d. Suhu : 37 0 C
3. Kepala :
a. Keadaan Rambut cukup bersih dan tidak mudah rontok
b. Tidak teraba massa dan nyeri tekan
4. Mata :
a. Sklera tidak Ikterus
b. Konjungtiva tidak pucat
5. Muka
Ekspresi wajah kadang meringis terutama bila His.
6. Mulut/Gigi :
Mulut/Gigi bersih, tidak berbau, karies (-)
7. Leher :
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limphe, dan vena jugularis
8. Payudara :
Puting susu terbentuk, hiperpigmentasi puting susu ada kolostrum jika areola dipencet.
9. Abdomen
a. Tampak streae Alba, linea nigra, tonus otot kendor dan pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
b. Palpasi menurut Leopold :
1. Leopold I 2 Jbpx
2. Leopol II Puka
3. Leopold III Bokong
4. Leopold IV Divergen
c. Lingkar perut 90 cm
d. TBJ = TFU X Lingkar perut =90 x 34 = 3060
e. Kontraksi uterus, frekuensi 3 x 10 menit, durasi 40” – 45”, intensitas kuat
f. Auskultasi DJJ lebih jelas pada kuadran atas kanan dengan frekuensi 130x/menit.
10. Tungkai :
Tidak ada varices dan oedema pada tungkai
11. Vagina dan vulva :
a. Tidak ada odema dan varices pada vulva
b. VT jam 15.30 wita :
1) Keadaan vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio Lunak dan Tipis
3) Dilatasi serviks 6 cm
4) Ketuban utuh
5) Presentasi bokong murni
6) Penurunan Hodge II
7) Kesan panggul : Normal
8) Pelepasan lendir dan darah
12. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7Juli 2008 jam 15.45 wita
1) Haemoglobin : 11,8 gr % ( Nilai normal 12 – 14 %)
C. Assesment (A)
Pembukaan 6 cm, Ketuban (+), Hodge III, DJJ (+), Pergerakan (+), presentasi bokong, Mekonium (-), Kesan panggul normal, pelepasan lendir dan darah, keadaan janin baik, inpartu kala 1 dengan masalah nyeri karena kontraksi.
D. Planning (P)
Tanggal 7 Juli 2008 jam 16.30 – 20.00 wita
1. Menganjurkan Ibu untuk cuci kaki, BAK, sebelum naik ke tempat tidur
2. Menganjurkan Ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan
a. Ibu tidur miring ke salah satu sisi tubuh secara bergantian
b. Berdiri sambil berjalan – jalan di sekitar tempat tidur sambil menggoyangkan panggul seperti saat berdiri.
3. Mengupayakan tindakan yang dapat mengurangi respon nyeri karena kontraksi, Ibu dapat memilih tindakan berupa penekanan pada daerah sacrum secara berlawanan (Counter Pressure).
4. Membimbing Ibu tehnik relaksasi dan pengaturan nafas terutama pada saat kontraksi dengan cara menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut.
5. Memberi hidrasi dengan minum air putih 200 cc (1 gelas)
6. Menganjurkan Ibu agar mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam atau apabila ibu merasa ingin BAK.
7. Menyiapkan alat partus set steril, larutan klorin 0,5 %, air DTT, Tempat placenta, tempat sampah pakaian Ibu dan bayi.
8. Mengobservasi his, DJJ, dan nadi
a. Jam 17.00 wita
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x / menit
b. Jam 17.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x menit
c. Jam 18.00
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 136 x / menit
Nadi 88 x / menit
d. Jam 18.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 140 x / menit
Nadi 84 x / menit
e. Jam 19.00
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 142 x / menit
Nadi 84 x / menit

f. Jam 19.30 wita
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
g. Jam 20.00 wita
1) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
b) Nadi : 84 x / menit
c) Pernapasan : 20 x / menit
d) Suhu : 370 C

2) Vagina touche dengan hasil :
a) Vulva/vagina tidak ada kelainan
b) Portio lunak dan tipis
c) Dilatasi serviks 8 cm
d) Penurunan hodge III
e) Presentasi bokong murni
f) Pelepasan lendir dan darah
3) His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
9. Mengajarkan Ibu cara meneran yang baik dan Ibu mengerti apa yang diajarkan.
10. Menginformasikan hasil pemantauan kala I pada Ibu dan keluarga
11. Mendokumentasikan hasil pemantauan


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA II PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

A. Data Subyektif (S)
1. Ibu mengatakan ingin BAB dan ada tekanan pada anus
2. Ibu mengatakan sakitnya bertambah dan dirasakan tembus ke belakang
3. Ibu mengatakan ada dorongan untuk meneran
B. Data Obyektif (O)
1. Perineum menonjol
2. vulva terbuka
3. pembukaan serviks : 10 cm (Lengkap)
4. Penurunan H IV, os sacrum di bawah sympisis
5. kontraksi uterus 5 x dalam 10 menit, durasi 50 – 55 tiap 2-3 menit
6. DJJ 132 x / menit, kuat dan teratur
7. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah 120 / 80 mmhg
b. Nadi 88 x/ menit
c. Suhu 37 0 C
d. Pernapasan 20 x/ menit

C. Assesment (A)
Inpartu Kala II
D. Planning (P)
(Tanggal 7 Juli 2008 Pukul 20.00 – 21.00 Wita)
1. Memeriksa kelengkapan alat dan mendeteksi alat dekat tempat tidur klien dengan hasil alat sudah lengkap dan dekat tempat tidur pasien.
2. Memakai celemek dan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir serta mengeringkan dengan handuk kering.
3. Memakai handscoen dan mengisi spoit dengan oksitosin 10 Unit
4. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil :
a. Tidak ada kelainan pada dinding vagina
b. Portio/serviks tidak teraba
c. Pembukaan 10 cm
d. Ketuban sudah tidak ada
e. Os sacrum di bawah symphisis
f. Penurunan H IV
g. Kesan panggul normal
h. Pelepasan lendir bercampur darah dari jalan lahir.
5. Mencelupkan tangan dalam larutan klorin 0,5 % dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 20 menit.
6. Memeriksa DJJ dengan hasil DJJ (+) 146 x / menit
7. Memberitahu Ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan Ibu dan Janin baik.
8. Mengajar Ibu cara meneran yang baik yaitu dengan cara menarik nafas panjang, kemudian menahan nafas lalu meneran dengan mulut terbuka pada saat ada his dan menganjurkan Ibu istirahat jika tidak ada His.
9. Memberikan dukungan kepada Ibu saat meneran
10. Memberikan intake minuman susu dan air putih 200 cc saat tidak ada his.
11. Memasang handuk di atas perut Ibu saat Bokong nampak di vulva dengan diameter 5-6 cm
12. Memasang duk bersih dengan melipat 1/3 bagian di bawah bokong Ibu.
13. Membuka tutup partus set
14. Memasang Handscoen pada kedua tangan
15. memimpin persalinan dengan cara bracht
a. Cara memimpin persalinan letak bokong secara bracht :
1) Sediakan alat resusitasi bayi
2) Sikap menunggu sambil menyokong perineum, menunggu sampai badan janin sudah lahir sampai umbilicus, tali pusat ditarik sedikit ke bawah dan sampai badan di lahirkan spontan sampai ujung bahu.
3) Melahirkan secara bracht
Bokong dicekap oleh kedua tangan dengan kedua Ibu jari pada pangkal paha dan jari – jari lain pada sakrum. Digerakkan seluruhnya kedepan dan keatas kearah perut Ibu, pada saat Bokong lahir sampai ke umbilicus terjadi fase lambat, kemudian dari umbilicus sampai mulut/hidung terjadi fase cepat. Dengan demikian penolong memperkuat lordosis punggung Fetus dan Ibu disuruh mengedan. Ketika mulut/hidung sampai seluruh kepala lahir terjadi fase lambat. Cara bracht dapat dibantu secara efektif oleh pembantu yang mengadakan tekanan dari atas dinding abdomen dengan arah pelvis ke bawah.
4) Rotasi melalui symphisis
Dengan tekanan ke depan atau atas dan tetap sehingga badan anak hampir menyentuh dinding perut Ibu.
5) Lakukan pemeriksaan terhadaap bayi, apakah ada fraktur dan tanda – tanda perdarahan otak.
16. Meletakkan Bayi di atas perut Ibu dan menilai keadaan Bayi
17. Mengeringkan dan membungkus badan Bayi
18. Menjepit dan memotong tali pusat mengikat serta membungkus dengan kain kasa steril.
19. Membungkus dan menyerahkan bayi kepada Ibu
20. Memeriksa tinggi fundus uteri.



PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA III PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

A. Data Subyektif (S)
1. Ibu mengatakan merasa mules diperut bagian bawah
B. Data Obyektif (O)
1. Anak lahir tanggal 7 Juli jam 21.00 wita, presentase bokong murni, langsung menangis, jenis kelamin perempuan, BB 2800 gram, PB 50 cm, apgar score 8/10
2. Kontraksi uterus baik (Bundar dan keras)
3. TFU 1 jari bawah pusat, janin tunggal
4. Ada darah keluar dari jalan lahir, tali pusat bertambah panjang dan tidak masuk kembali bila bagian bawah uterus ditekan kearah dorsocranial.
C. Assesment (A)
Kala III (Pengeluaran plasenta)
D. Planning (P)
(Tanggal 7 Juli 2008 jam 21.00 – 21.15 wita)
1. Memberitahu Ibu untuk pemberian suntikan oksitosin
2. Memberikan suntikan oxytocin 10 iu/IM
3. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
4. Melahirkan plasenta dengan tekhnik PTT
5. Melakukan Massase fundus uteri
6. Memeriksa plasenta dan memasukkan plasenta dalam kantong plastik
7. Memeriksa adanya ruptur jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan aktif dengan hasil tidak ada ruptur perineum
8. Membersihkan sarung tangan dan mencelupkan ke dalam larutan klorin 0,5 %
9. Mengobservasi kontraksi uterus
10. Mengobservasi tanda – tanda vital dengan hasil :
a. Tekanan Darah : 110 / 80
b. Nadi : 80 x / menit
c. Suhu : 36,5 0 C
d. Pernapasan : 24 x / menit










PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA IV PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008
A. Data Subyektif (S)
1. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah
B. Data Obyektif (O)
1. Plasenta lahir lengkap jam 21.15 wita
2. TFU 1 jari bawah pusat
3. Kontraksi uterus baik (Teraba keras dan bundar)
4. Jumlah pendarahan 100 cc
C. Assesment (A)
Kala IV Persalinan (Observasi 2 jam post partum)
D. Planning (P)
(Tanggal 7 Juli 2008 jam 21.15 – 23.15)
1. Mengobservasi kontraksi uterus, dengan hasil kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.
2. Memberikan Bayi kepada Ibu untuk disusui
3. Mengajarkan Ibu untuk memeriksa/merasakan kontraksi uterus yang berkontraksi dengan baik dan ajar untuk melakukan massase uterus apabila tidak ada kontraksi.
4. Mengevaluasi jumlah pendarahan, dengan hasil  100 cc
5. Membersihkan Ibu dari sisa air ketuban, lender dan darah dan mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih.
6. Memberikan posisi yang menyenangkan yaitu posisi terlentang dengan kedua tangan disamping Ibu dan Bantu bila ingin minum/makan.
7. Merendam semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 20 menit
8. Membuang bahan – bahan terkontaminasi ke tempat sampah
9. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %
10. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir.












BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “H” persalinan dengan presentasi Bokong di puskesmas mamajang pada tanggal 7 Juli 2008.
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan pendekatan pendekatan proses manajemen, yang dibagi dalam 7 langkah yaitu : pengkajian dan analisa data, merumuskan diagnosa/masalah aktualdan potensial, evaluasi perlunya tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, dan evaluasi asuhan kebidanan.
A. Langkah 1.Pengkajian dan Analisa data
Dalam pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese, meliputi Identitas Istri/suami, tinjauan kartu ANC, Rwayat persalinan sekarang yang berpedoman pada format pengkajian yang telah tersedia, naamun tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data lain yang ditemukan pada Ibu, selanjutnya pemeriksaan fisik yang dimulai dari kepala sampai kaki yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan vagina touche (VT).
Dalam tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi bokongdidapatkan dari anamnese dimana gerakan anak lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut baagian atas teraba benda keras (Kepala), pada pemeriksaan leopoldI teraba kepala difundus, dan leopold III teraba bokong, auskultasi didapatkan denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas umbilikus, sedangkan bila engagement denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikus, dan pada pemeriksaan dalam di dapatkan presentasi bokong.
Pada tinjauan kasus pada anamnese didapatkan Ibu mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus kebelakang sejak tanggal 7 Juli 2008 jam 15.00 wita, Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama disebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri nyeri, Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga, leopold III presentasi bokong, dan hasil VT didapatkan dilatasi serviks 6 cm, ketuban utuh, presentasi bokong, dan penurunan H II.
Berdasarkan data diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus pada Ny”S”, di puskesmas mamajang Makassar.
B. Langkah 2.Merumuskan Diagnosa/Masalah aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan harus berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang didukung oleh data subyektif maupun data obyektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi bokong didapatkan dari anam nese dimana gerakan anak lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut bagian atas teraba bagian keras (Kepala), pada pemeriksaan leopold 1 teraba kepala difundus, dan leopold III teraba bokong, auskultasi didapatkan denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila engagement denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikalis dan pada pemeriksaan dalam didapatkan presentasi bokong.
Pada tinjauan kasus pada anamnese di dapatkan ibu hamil ketiga tidak pernah keguguran HPHT tanggal 13 – 10 – 2007, Ibu mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus ke belakang sejak tanggal 7 Juli 2008 jam 15.00 wita, Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama di daerah sebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri, Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga, Ibu tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan, leopold III Presentasi bokong, dan hasil VT Didapatkan dalatasi serviks 6 cm, ketuban utuh, presentasi bokong dan penurunan H II, sehingga penulis merumuskan diagnosa/masalah aktual GIII PII A0, Umur kehamilan minggu, puka, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala I fase aktif dengan masalah nyeri karena kontraksi.
Berdasarkan uraian diatas tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “H”.
C. Langkah 3.Merumuskan Diagnosa/Masalah potensial
Pada tinjauan pustaka bahwa pada presentasi bokong setelah bokong lahir dapat terjadi penekanan pada tali pusat sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan O2 dari plasenta ke janin sehingga janin kekurangan O2 dan dapat menyebabkan asfiksia sehingga penulis merumuskan diagnosa/masalah potensial adalah potensial terjadi asfiksia, dan hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus Ny. “H”, di puskesmas Mamajang Makassar.
D. Langkah 4.Tindakan segera dan kolaborasi.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa Ibu dan Anak. Situasi lainnya Bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter, tetapi pada tinjauan kasus Ny. “H”, tidak ada data yang mendukung untuk melakukan tindakan segera/kolaborasi.
E. Langkah 5.Rencana Asuhan kebidanan
Dalam membuat perencanaan penulis melakukan sesuai data yang diperoleh dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan Ibu. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam suatu tindakan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa tindakan yang dilakukan pada presentasi bokong persalinan dapat berlangsung pervaginam dan ditolong oleh tenaga yang terlatih, mengikuti kemajuan persalinan, menolong persalinan dengan menyiapkan alat resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, melakukan episiotomi, dan melahirkan secara bracht.
Sedangkan tinjauan kasus pada Ny. “H”, Rencana tindakan yang dilakukan adalah asuhan sayang Ibu, menyiapkan alat partus, mengobservasi kemajuan persalinan, menyiapkan resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, dan melahirkan secara bracht.
Berdasarkan uraian diatas, pada tahap ini penulis tidaak menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “H” di puskesmas mamajang makassar.
F. Langkah 6.Melaksanakan asuhan kebidanan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan rencana asuhan menyeluruh yang telah direncanakan dilaksanakan secara efisien dan aman. Dengan menyesuaikan kondisi,keadaan, dan kebutuhan Ibu dan menjelaskan apa yang akan dilakukan sehingga Ibu dan keluarganya dapat membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
Pada tinjauan kasus semua rencana asuhan kebidanan telah dilaksanakan di puskesmas mamajang makassar tanggal 7 Juli 2008, secara garis besar pananganan yang dilakukan untuk menangani presentasi bokong menunjukkan adanya kesamaan dengan tinjauan pustaka, sedangkan tindakan lain yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi Ibu pada saat pengkajian berlangsung.
G. Langkah 7.Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi setelah penanganan pada presentasi bokong, Ibu dapat melahirkan pervaginam, anak lahir tanggal 7 juli 2008 jam 21.00 wita,prtesentasi bokong murni, langsung menangis, jenis kelamin laki – laki, BB 3200 gram, PB 50 cm, apgar score 8/10. Dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan tercapai sesuai yang diharapkan.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah membahas dan menguraikan kasus Ny. “H” persalinan dengan presentasi bokong di puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008, maka pada bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Pada kasus Ny. “H”, ditegakkan diagnosa/masalah dan potensial GIII PII A0, Umur kehamilan minggu, puka, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala 1 fase aktif, nyeri karena kontraksi dan potensial terjadi asfiksia.
2. Penanganan yang dilakukan pada Ny. “H” di puskesmas mamajang Makassar untuk presentasi bokong adalah observasi kemajuan persalinan, dan menolong secara bracht yang menunjukkan tidak ada perbedaan dengan tinjauan pustaka.
3. Penanganan yang dilakukan pada Ny. “H” di puskesmas Mamajang Makassar menunjukkan tidak adanya kesenjangan dengan tinjauan pustaka.
4. Manajemen asuhan kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh bidan.
5. Pendokumentasian sangat perlu dilaksanakan karena merupakan bukti pertanggung jawaban terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan.

B. Saran
1. Bagi Ibu hamil
Agar segera ke rumah sakit atau sarana pelayanan jika mendapatkan tanda dan gejala persalinan, sehingga jika ada kelainan dapat segera terdeteksi untuk penanganan yang tepat demi keselamatan Ibu dan Bayinya.
2. Bagi petugas kesehatan
a. Sebagai seorang petugas kesehatan khususnya Bidan diharapkan dapat mengetahui tanda dan gejala pada persalinan dengan presentasi bokong sehingga dapat mendeteksi lebih awal apabila menemukan kasus tersebut dan dapat segera mengambil keputusan klinik dalam penanganan selanjutnya yaitu dengan konsultasi, kolaborasi atau rujukan ketempat pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
b. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan banyak membaca buku serta mengikuti pelatihan – pelatihan dari seminar – seminar seiring dengan kemajuan dan perkembangan Ilmu pengetahuan.