Rabu, 14 Januari 2009

Flu Burung

FLU BURUNG

Pengertian

Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan.

Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

Gejala

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

a. Gejala pada unggas
- Jengger berwarna biru
- Borok di kaki
- Kematian mendadak

b. Gejala pada manusia
- Demam (suhu badan diatas 38 �C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot

Masa Inkubasi
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

Penularan

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

Penyebaran

Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:
Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.

Pencegahan

a. Pada Unggas:

1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat


b. Pada Manusia :

1.Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

f. Imunisasi.

Pengobatan

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah.

a) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

b) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

c) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.

Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.
2. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) tetapi di Indonesia belum ditemukan adanya kasus pada manusia.

3. Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan.
B. Saran

Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

Persentase Bokong

BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tapi bisa terjadi komplikasi salah satunya adalah presentasi bokong dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri. Insidensi presentasi bokong adalah 3% dari jumlah persalinan sekalipun insidensinya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian terhadap bayi sekitar 20% sampai 30% (Manuaba, I.B.G, 1998, hal 360).
Barometer yang lebih baik serta lebih peka untuk menilai pelayanan kebidanan adalah angka kematian perinatal. Secara global, World Health Organitation pada tahun 2002 memperkirakan sekitar 10.000.000 perinatal meninggal setiap tahunnya (Manuaba, 2002, hal 16)
Pada tahun 2006 indonesia merupakan Negara dengan angka kematian bayi tertinggi di ASEAN. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2006 berkisar 39 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Vietnam 15 per 1000 kelahiran hidup, Filipina 28 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 8 per 1000 kelahiran hidup dan Singapura hanya 3 per 1000 kelahiran hidup (http: //www.kabar Indonesia on line tanggal 24 maret 2007).
Data yang didapatkan dari dinas kesehatan propinsi sulawesi selatan tahun 2007 angka kematian bayi 264 orang dari 134.428 kelahiran hidup.
Di Puskesmas Mamajang Makassar tahun 2007, jumlah seluruh persalinan 1699 orang, jumlah persalinan dengan LBK 1678 orang (98,8%), jumlah persalinan dengan persentasi bokong 17 orang (1%) dan lain-lain 4 orang (0,2%) dengan faktor penyebab plasenta letak rendah, plasenta previa, dan mioma pada kehamilan.
Komplikasi yang dapat terjadipada presentasi bokong dan merupakan penyebab utama kematian bayi adalah perdarahan intracranial, asfiksia, fraktur humerus, femur dan klavikula (Jones, 2002 hal 152).
Untuk meminimalkan resiko pada janin perlu perhatian dan pengambilan keputusan cepat dan tenaga yang terampil dalam penanganannya sehingga penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny ”H” , Persalinan dengan Presentasi Bokong dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
B Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan adalah manajemen asuhan kebidanan pada Ny ”H”, persalinan dengan presentasi bokong dipuskesmas Mamajang Makassar tanggal 7Juli 2008.
C Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny ”H”,persalinan dengan persentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar tanggal 7 Juli 2008 dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
2. Tujuan khusus.
a. Dapat melaksanakan pengkajian / analisa data pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
b. Dapat merumuskan diagnosa / masalah actual pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
c. Dapat merumuskan diagnosa / masalah potensial Ny ”H”, persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
d. Dapat mengevaluasi perlunya tindakan segera / kolaborasi pada Ny ”H” , persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
e. Dapat menyusun rencana tindakan kebidanan pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada ”H”, persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
h. Dapat mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny ”H”,persalinan dengan presentasi bokong di Puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008.
D Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis .
Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya menangani asfiksia neonatorum.
2. Manfat Ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan dan cakrawala berfikir bagi bidan yang berkaitan dengan asfiksia neonatorum.
3. Manfaat Institusi
Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah berikutnya.
4. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dan memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak terutama berkaitan dengan asfiksia neonatorum.
E Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode :


1. Studi kepustakaan
Mempelajari literature-literatur dan data dari internet yang berkaitan dan relevan dengan isi makalah.
2. Studi kasus
Dengan menggunakan metode pendekatan proses manajemen kebidanan yang meliputi : pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnosa / masalah actual dan potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi,menyusun rencana tindakan,melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan.
Untuk menghimpun data / informasi dalam pengkajian menggunakan tehnik :
a. Anamnese
Anamnese langsung dengan klien,keluarga,bidan dan dokter diruang perawatan yang berhubungan dengan masalah klien.
b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistimatis pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang (laboratorium).
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi respon terhadap kondisi yang dialami , status serta pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.

3. Studi dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungandengan keadaan klien baik yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium maupun diagnostic lainnya.
4. Diskusi
Diskusi dengan kesehatan yaitu dengan bidan atau dokter yang menangani langsung klien tersebut dan pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
F Sistimatika Penulisan
Adapun sistimatika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistimatika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Persalinan
1. Pengertian
2. Sebab- sebab terjadinya persalinan
3. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
4. Diagnosa persalinan
B. Tinjauan tentang Presentasi bokong
1. Pengertian Presentasi bokong
2. Klasifikasi Presentasi bokong
3. Etiologi Presentasi bokong
4. Diagnosis Presentasi bokong
5. Prognosis Presentasi bokong
6. Komplikasi Presentasi bokong
7. Penanganan Presentasi bokong
C. Tinjauan tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB III : STUDY KASUS
A. Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data
B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
C. Langkah III: Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
D. Langkah IV: Tindakan segera dan Kolaborasi
E. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan
F. Langkah VI: Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
G. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan

BAB IV : PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini di uraikan tentang kesenjangan antara teori dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan presentasi bokong yang meliputi pengkajian dan analisa data, merumuskan diagnosa / masalah aktual, merumuskan diagnosa / masalah potensial, tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang persalinan
1. Pengertian
a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup diluar dari dalam uterus ke dunia luar (Rustam.M.1998, hal 91 dan hanifa.W.2002,hal 180).
b. Persalinan adalah membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir (Saifuddin.2002, hal 100).
2. Sebab – sebab terjadinya persalinan (Mochtar Rustam,1998,hal 92). Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar. Beberapa teori yang dikemukakan antara lain :
a. Teori pengeluaran hormon
Satu sampai dua minggu belum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai pemenang otot – otot polos dinding rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya estrogen dan progeston yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distansi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero- plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion ( fleksus frankenhauser ).Bia ganglion ini ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
e. Induksi partus ( induction for labor ), partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : laminaria di masukkan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan permenit ( Mochtar Rustam, 1998, hal 92 ).
3. Faktor- faktor yang berperan dalam persalinan ( Mochtar Rustam, 1998, hal 93).
a. Kekuatan mendorong janin keluar ( power )
1) His ( kontraksi uterus )
2) Kontraksi otot- otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma
b. Faktor janin
c. Faktor jalan lahir
4. Diagnosa persalinan ( Mochtar R, 1998, hal 94-97 )
a. Kala I ( kala pembukaan )
Partus dimulai ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah ( bloody show ) karena serviks mulai membuka ( dilatasi ) dan mendatar ( effacement ).Darah berasal dari pecahnya kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam
2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 subfase :
a) Fase ekselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Fase deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
b. Kala II ( kala pengeluaran janin )
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, dan cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refletoris menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti buang air besar, dengan anus terbuka . Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan terpimpin akan lahirlah kepala diikuti dengan seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½ jam dan pada multi ½ sampai 1 jam.
c. Kala III ( kala pengeluaran uri )
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dan fundus uterisetinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his plasenta dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, dan terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontandan dengan sedikit dorongan dari atas symphisis maka plasenta akan lahir yang berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir . Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Kala III berlangsung ½ jam pada primi dan multi ¼ jam.
d. Kala IV ( kala pengawasan )
Adalah kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post parfum.
B. Tinjauan tentang Presentasi Bokong
a. Pengertian presentasi bokong
1) Yaitu presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu (memanjang) , kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri atau didaerah pintu atas panggul / simfisis ( Saifuddin , A.B , 2000, hal 520 ).
2) Presentasi bokong adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim , kepala berada difundus dan bokong dibawah ( Mochtar Rustam, 1998, hal 350 ).
b. Klasifikasi presentasi bokong ( Mochtar. R, 1998, hal 350 )
a) Letak bokong (Frank Breech) adalah letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas.



Gambar 1 letak bokong
(prawirohardjo, 1999, hal 608)
b) Letak bokong sempurna ( Complete breech ) adalah letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong ( letak bokong kaki sempurna atau lipat kejang ).

Gambar 2 . Letak bokong sempurna
( Prawiroharjo, 1999, hal 608 )
c) Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech ) adalah letak bokong dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.

Gambar 3, Letak bokong tidak sempurna
( Prawiroharjo, 1999, hal 608 )
c. Prognosis presentasi bokong ( Cunningham, 1997, hal 762-763 )
Bila dibandingkan dengan presentasi kepala,pada presentasi bokong,baik ibu maupun bayi akan menghadapi resiko yang lebih besar, Schutte,dkk, (1985 ) melaporkan setelah dilakukan koreksi berdasarkan usia kehamilan, defek genital dan berat lahir,maka kematian perinatal lebih tinggi pada bayi dengan presentasi bokong daripada presentasi verteks.
d. Etiologi ( Manuaba,1998, hal 361
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :
a) Sudut ibu
1) Keadaan rahim
a) Rahim arkuatus
b) Septum pada rahim
c) Uterus dupleks
d) Mioma pada kehamilan
2) Keadaan plasenta
a) Plasenta letak rendah
b) Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
a) Kesempatan panggul
b) Deformitas tulang panggul
c) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala
b) Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek dan lilitan tali pusat
2) Hidrosefalus atau anensefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidramnion atau oligohidramnion
5) Prematuritas
e. Diagnosis presentasi bokong ( Cunningham, dkk, 1997, hal 761-762 )
Diagnosis presentasi bokong dapat ditegakkan melalui pemeriksaan:
a) Anamnese
Gerakan anak terasa lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut bagian atas terasa benda keras ( kepala ).
b) Palpasi
1) Leopold I : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat dalm fundus.

Gambar 4. Pemeriksaan Leopold I pada letak sungsang
( Sumber : Prawiroharjo, hal 607 )
2) Leopold II : Untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian kecil.

Gambar 5. Pemeriksaan Leopold II pada letak sungsang
( sumber : Prawiroharjo, 1999, hal 607 )
3) Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah / bagian terendah janin



Gambar 6 , Pemeriksaan Leopold III pada letak sungsang
( Sumber : Prawiroharjo , 1999 , hal 607 )
4) Leopold IV : Berapa masuknya bagian terendah janin masuk kedalam rongga panggul.

Gambar 7. Pemeriksaan Leopold IV pada letak sungsang
( Sumber : Prawiroharjo, 1999, hal 607 )

c) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila engagement, suara jantung terdengar dibawah umbilikalis.
d) Pemeriksaan dalam
Diagnosis presentasi bokong dapat lebih ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan dalam pada saat ketuban sudah pecah. Untuk lebih membedakan pada saat melakukan pemeriksaan dalam antara anus dan mulut adalah : (Mochtar Rustam,1998)
1) Anus : Teraba tulang yang kecil, teraba tahanan otot, tidak ada refleks mengisap, tuberositas iskiadika dan anus akan membentuk garis lurus, dan bila jari dikeluarkan sering kali berlumutan mekonium.
2) Mulut : ada refleks mengisap, teraba bagian rahang yang lebih keras, mulut dan kedua tonjolan kedua tulang pipi akan menyerupaibentuk segitiga.
Sedangkan pada pemeriksaan dalam untuk membedakan antara kaki dan tangan/siku :
1) Kaki : Teraba tumit, membentuk sudut 900 , teraba rata pada jari – jari
2) Tangan / siku : Teraba jari – jari panjang, dan jari – jari tersebut tidak rata (Mochtar R, 1998,352)
Pada pemeriksaan bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong (Prawirohardjo, 1999, hal 611).
f. Pemeriksaan sinar – X, dan USG
Menurut Cunningham, USG merupakan pemeriksaan yang ideal untuk memastikan prakiraan klinis presentasi bokong dan juga untuk mengidentifikasisetiap kelamin janin.
Apabila persalinan direncanakan dengan seksio sesarea tanpa kecuali, hanya ada beberapa keadaan dimana pemeriksaan sinar-x dapat dibenarkan. Bila wanita dalam keadaan inpartu dan diperkirakan dapat melahirkan pervaginam, maka tipe presentasi bokong sangat penting untuk diperhatikan. Te hnik imaging ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang tipe presentasi bokong, ada tidaknya fleksi kepala bayi, dan pengukuran panggul secara akurat.
g. Komplikasi presentasi bokong (Saifuddin, 2002, hal 201)
a) Komplikasi presentasi bokong pada Ibu :
1. Pelepasan plasenta
2. perlukaan vagina dan serviks
3. Endometritis
b) Komplikasi pada janin :
1. Prolaps tali pusat
2. Trauma pada bayi akibat : Tangan/kepala mengalami ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap, dan disproporsi sefalopelvik
3. Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, dan kepala macet
4. Perlukaan /trauma pada organ abdomen atau pada leher
5. Patah tulang leher
h. Penanganan presentasi bokong pada saat hamil (Saifuddin,2002, hal M66)
a) Lakukan versi luar, jika :
1. Kehamilan  37 minggu, dan kemungkinan besar lahir/dapat dilahirkan pervaginam, ketuban utuh dan air ketuban cukup
2. tidak ada komplikasi atau kontra indikasi (contohnya : pertumbuhan janin terlambat, perdarahan bekas seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi).
b) Jika versi luar berhasil, lanjutkan dengan persalinan normal
c) Jika versi luar gagal, lanjutkan dengan persalinan sungsang.
d) Pertolongan spontan (Bracht) pada primigravida sebaiknya dirumah sakit dan harus dievaluasi dengan hati – hati karena kelahiran bokong belum tentu kepala bisa lahir yang dapat membawa kematian janin. Kepala janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat.
e) Pada umur kehamilan 7-8 bulan dapat dicoba melakukan nungging 34x/hari selama 15 menit.
i. Penanganan presentasi bokong saat inpartu (Saifuddin,2000,hal 523).
a) Persalinan pervaginam oleh tenaga penolong yang terlatih akan aman bila:
1. Pelvis adekuat.
2. Complete bracht frank breech
3. Kepala fleksi
b) Ikuti kemajuan persalinan dengan seksama dengan partograf
c) Cara memimpin persalinan letak bokong secara bracht :
1. Sediakan alat resusitasi bayi
2. sikap menunggu sambil menyokong perineum
menunggu sampai badan janin sudah lahir sampai umbilicus, tali pusat ditarik sedikit kebawah dan sampai badan dilahirkan spontan sampai ujung bahu.
3. Membuat episiotomi
Tujuannya untuk meringankan peregangan dasar panggul (Pada primigravida harus dilakukan secara rutin).
4. melahirkan secara bracht
Bokong dicekap oleh kedua tangan dengan kedua Ibu jari pada pangkal paha dan jari – jari lain pada sakrum. Digerakkan seluruhnya kedepan dan keatas kearah perut Ibu, dengan demikian penolong memperkuat lordosis punggung fetus dan Ibu disuruh mengedan. Cara bracht dapat dibantu secara efektif oleh pembantu yang mengadakan tekanan dari atas dinding abdomen dengaan arah pelvis ke bawah.
5. Rotasi melalui sympisis
Dengan tekanan kedepan atau atas dan tetap sehingga badan anak hampir menyentuh dinding perut Ibu.
6. Lakukan pemeriksaan terhadap Bayi, apakah ada fraktur dan tanda – tanda perdarahan otak.
7. Bila ada penyulit :
1) Kesukaran dari permulaan (gelang bahu tidak lahir spontan) segera ganti dengan metode melahirkan bahu lengan.
2) Bahu-lengan lahir spontan, tetapi kepala tidak mengikuti, lahirkan kepala menurut cara melahirkan kepala secara mauriceau atau cunam piper.
C. Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidanan
a. Pengertian proses manajemen asuhan kebidanan
Proses manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi melalui tindakan yang logical dalam memberi pelayanan (Simatupang, 2006, hal 61-62).
b. Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan
Langkah I : Mengumpulkan data dan analisa data dasar
Pengumpulan data dasar untuk menilai klien, yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul atas indikasi atau catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua informasi saling berhubungan dari semua sumber yaitu menyangkut dengan kondisi pasien.
Langkah II : Merumuskan diagnosa / masalah aktual
Mengidentifikasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda – beda. Problem tidak dapat didefinisikan sebagai suatu diagnosa tetapi memerlukan suatu pengembangan rencana keperawatan secara menyeluruh pada klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami klien.
Langkah III : Merumuskan diagnosa / masalah aktual
Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor – faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera, tindakan pemecahan bila memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Langkah IV : Menentukan tindakan segera / kolaborasi
Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus – menerus ini menghasilkan data baru yang juga segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.
Langkah v : Merencanakan tindakan asuhan kebidanan
Mengembangkan rencana asuhan kebidanan yang ditentukan pada langkah sebelumnya, juga antisipasi diagnosa dan masalah yang didasari atas rasional tindakan yang relevan yang diakui kebenarannya, sesuai dengan kondisi dan situasi, dan asumsi yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh bidan. Untuk efektifnya rencana harus ada persetujuan oleh bidan dan pasien, oleh sebab itu sebelumnya harus terlebih dahulu didiskusikan dengan klien.
Langkah VI : Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan konsultasi dan kolaborasi. Implementasi yang efisien akan mengurangi waktu perawatan dan biaya perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.
Langkah VII : Mengevaluasi asuhan kebidanan
Langkah akhir dari asuhan kebidanan adalah evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah asuhan kebidanan. Pada tahap ini, bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien berdasarkan tujuan yang direncanakan (simatupang 2006, hal 61-62)
c. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Rusdiknakes – JHPIEGO, 2003, Hal 42-43)
Metode dokumentasi SOAP merupakan intisari dari proses piker dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan catatan perkembangan klien (progress note) yang dicatat dalam rekam medik dengan pengertian :
S (Subyektif) adalah yang disampaikan oleh klien kepada pemeriksa.
O (Obyektif) adalah yang ditemukan baik melalui apa yang dilihat, diraba ataupun dirasakan oleh pemeriksa.
A (Assesmen / analisis) adalah kesimpulan pemeriksa berdasarkan dari data subyektif dan data obyektif
P (Planning) adalah penatalaksanaan asuhan, apa yang dilakukan dan dievaluasi berdasarkan assesmen/analisis sebelumnya.
Tabel 1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Langkah Proses Varney 5 langkah PKK Kompetensi Bidan Catatan perkembangan
(SOAP)
1. Pengumpulan Data 1) Pengumpulan data Subyektif
Obyektif
2. Diagnosis/masalah dan kebutuhan
3. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial
4. Menetapkan perlunya tindakan segera/kolaborasi 2) Diagnosis/masalah dan kebutuhan Assesmen (Kesimpulan) diagnosis/masalah dan kebutuhan
5. Rencana asuhan 3) Rencana Asuhan Planning/Penatalaksanaan
-Konsultasi
-Tes diagnostic/lab
-Pendidikan/konseling
-follow up
6. Implementasi langsung pd klien 4) Implementasi langsung pada klien
7. Evaluasi evektifitas asuhan yang diberikan 5) Evaluasi efektifitas Asuhan yang diberikan
Sumber: Pusdiknas-JHPIEGO,2003,hal 42-43


BAB III
STUDY KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “H”
PERSALINAN DENGAN PRESENTASI BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

No. Register : 764 / VII / 08
Tanggal Masuk : 07 – 07 – 2008 jam 15.00
Tanggal Pengkajian : 07 – 07 – 2008 jam 15.30
A. Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data
1. Identitas Istri / Suami
a. Nama : Ny. “H” / Tn. “A”
b. Umur : 25 Thn / 28 Thn
c. Suku : Bugis / Makassar
d. Pendidikan : SMP / SMP
e. Pekerjaan : IRT / Buru Harian
f. Agama : Islam / Islam
g. Perkawinan : 1 (Lamanya 8 Tahun)
h. Alamat : Jl.Mappanyukki
2. Tinjauan Kartu ANC
a. HPHT : 13 – 10 – 2007
b. TP : 20 – 07 – 2008
c. Ibu hamil ketiga tidak pernah keguguran
d. Tidak pernah menderita penyakit serius, tumor ( neoplasma), infeksi akut alat – alat reproduksi, bedah sesar, tidak ada riwayat alergi,dan ketergantungan obat dan alcohol.
e. Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit menular.
f. BB sebelum hamil 49 kg, berat badan setelah hamil 61 kg.
g. Mendapat Imunisasi TT 2x di puskesmas mamajang
3. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus kebelakang sejak tanggal 7 juli 2008 jam 09.00 wita
b. Sifat mules dan nyeri perut hilang timbul dan makin lama makin kuat.
c. Pengeluaran cairan vagina lender dan darah.
d. Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama di daerah sebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri.
e. Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga.
f. Ibu tidak bisa tidur karena nyeri perut
g. Ibu sudah BAK begitu masuk Rumah Sakit.
h. Ibu didampingi oleh orang tua dan suami.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum baik. Kesadaran komposmentis dan Ibu bisa berkomunikasi dengan petugas
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanan Darah : 120 / 80
2) Nadi : 88 x / menit
3) Pernapasan : 20 x / menit
4) Suhu : 37 0 C
c. Kepala :
1) Keadaan Rambut cukup bersih dan tidak mudah rontok
2) Tidak teraba massa dan nyeri tekan
d. Mata :
1) Sklera tidak Ikterus
2) Konjungtiva tidak pucat
e. Muka
Ekspresi wajah kadang meringis terutama bila His.
f. Mulut / Gigi :
Mulut / Gigi bersih, tidak berbau, karies (-)
g. Leher :
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limphe, dan vena jugularis
h. Payudara :
Puting susu terbentuk, hiperpigmentasi puting susu ada kolostrum jika areola dipencet.

i. Abdomen
1) Tampak streae Alba, linea nigra, tonus otot kendor dan pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
2) Palpasi menurut Leopold :
a) Leopold I 2 Jbpx (34 cm)
b) Leopol II Puka
c) Leopold III Bokong
d) Leopold IV Divergen
3) Lingkar perut 90 cm
4) TBJ = TFU X Lingkar perut =90 x 34 = 3060
5) Kontraksi uterus, frekuensi 3 x 10 menit, durasi 40” – 45”, intensitas kuat
6) Auskultasi DJJ lebih jelas pada kuadran atas kanan dengan frekuensi 130x/menit.
7) Tungkai :
Tidak ada varices dan oedema pada tungkai
8) Vagina dan vulva :
a) Tidak ada odema dan varices pada vulva
b) VT jam
1. Keadaan vagina : Tidak ada kelainan
2. Portio Lunak dan Tipis
3. Dilatasi serviks 6 cm
4. Ketuban utuh
5. Presentasi bokong murni
6. Penurunan Hodge II
7. Kesan panggul : Normal
8. Pelepasan lendir dan darah
9) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Juli 2008 jam
a. Haemoglobin : 11,8 gr % ( Nilai normal 12 – 14 %)
B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
GII PII A0, umur kehamilan 38 minggu 2 hari, puka, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala 1 fase aktif dengan masalah nyeri perut.
1. GIII PII A0
Data subyektif
Hamil yang ketiga, tidak pernah keguguran.
Data obyektif
a. Nampak adanya streae Albicans
b. Tonus otot perut kendor
Analisa dan Interpretasi :
Kehamilan yang kedua didukung oleh adanya streae albicans dan tonus otot perut kendor karena sudah ada peregangan sebelumnya. Pembesaran perut disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus disamping itu serabut – serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. (prawirohardjo,1999, hal 89).
2. Hamil 38 Minggu 2 hari
Data Subyektif :
a. Umur kehamilan menurut Ibu 9 bulan
b. HPHT Tanggal
Data Obyektif :
a. TFU 2 jbpx (32 cm)
b. Tanggal pengkajian 7 Juli 2008
Analisa dan Interpretasi :
Dari Hpht tanggal 13 – 10 – 2007 sampai tanggal pengkajian 7 Juli 2008 masa gestasi 38 minggu 2 hari (Mochtar R, 1998, hal 53).
3. Punggung kanan, situs memanjang
Data Subyektif :
a. Ibu mengatakan gerakan janinnya sering dirasakan pada bagian kiri Abdomen
Data Obyektif :
a. Palapasi Leopold II teraba punggung sebelah kanan sisi perut Ibu
b. Auskultasi DJJ pada kuadran atas perut kanan frekuensi 130 x / menit kuat dan teratur.
Analisa dan Interpretasi data :
Palpasi secara Leopold teraba tahanan yang keras, memanjang, lebar seperti papan pada sisi kanan perut Ibu dan sisi kiri perut Ibu teraba bagian – bagian kecil yaitu tungkai dan lengan. Badan janin dalam kypose di dalam uterus dan posisi tangan terdapat di depan dada, sehingga DJJ terdengar paling jelas pada punggung janin dekat dengan kepala (Prawirohardjo, 1999, 158-158)
4. Presentasi Bokong
Data subyektif :
a. Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang Iga.
Data Obyektif :
a. Palpasi Leopold I teraba kepala keras, bulat, dan melenting difundus
b. Palpasi Leopold III teraba bagian yang lunak dan tidak melenting di atas simfisis.
Analisa dan Interpretasi Data :
Apabila pada daerah fundus teraba bagian yang keras, melenting dan mudah digerakkan menanndakan bahwa janin dalam presentasi bokong (Prawirohardjo, 1999, hal 158).

5. Divergen
Data subyektif : -
Data Obyektif :
a. Leopold IV Divergen
b. Penurunan kepala 3/5
Analisa dan Interpretasi data :
Jika pada pemeriksaan Leopold IV kedua tangan pemeriksa sudah tidak bisa dipertemukan menandakan janin bergerak dalam panggul (Prawirohardjo, 1999, hal 158).
6. Tunggal
Data subyektif :
a. Ibu merasakan pergerakan janinnya terutama disebelah kiri abdomen.
Data Obyektif :
a. Pada saat palpasi teraba 2 bagian besar janin yaitu kepala berada di fundus, dan bokong berada di symphisis.
b. Auskultasi DJJ terdengar pada satu tempat yaitu sebelah kanan atas perut Ibu dengan frekuensi 130 x / menit.
Analisa dan Interpretasi Data :
Pada kehamilan ganda akan teraba dua ballotement atau teraba tiga bagian besar janin dan terdengar 2 denyut jantung janin dengan perbedaan 10 atau lebih. Berbeda dengan data yang ditemukan, yaitu hanya 2 bagian besar janin pada tempat yang berlawanan yaitu kepala dikuadran atas perut Ibu dan bokong di kuadran bawah perut perut Ibu menandakan janin tunggal (Saifuddin,A.B, 2002, Hal 313)
7. Hidup
Data Subyektif :
a. Ibu merasakan pergerakan janinnya
Data Obyektif :
a. DJJ Terdengar 130 x / menit pada sebelah kanan atas perut Ibu.
Analisa dan Interpretasi :
Adanya denyut jantung janin dan gerakan janin menandakan janin hidup (Mochtar Rustam, 1998, Hal 45)
8. Keadaan Ibu dan Janin baik
Data Subyektif :
a. Selama Hamil Ibu tidak pernah menderita penyakit serius
b. Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat pada sebelah kiri perut Ibu
Data Obyektif :
a. Keadaan Umum Ibu baik
b. Kesadaran Komposmentis
c. Tanda – tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
2) Nadi : 88 x / menit
3) Pernapasan : 20 x / menit
4) Suhu : 37 0 C
d. Konjungtiva merah muda, Sklera tidak ikterus.
e. Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
f. DJJ Terdengar jelas, kuat dan teratur 130 x / menit.
g. Tidak tampak oedema pada wajah dan tungkai.
Analisa dan Interpretasi Data :
a. Pergerakan janin yang dirasakan Oleh Ibu dan DJJ terdengar jelas dengan frekuensi 130 x / menit (Normal) menunjukkan keadaan janin baik (Prawirohardjo, 1999, 158 – 158)
b. Tanda–tanda vital merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan Ibu, konjungtiva merah muda, dan sklera mata tidak ikterus, tidak ada oedema pada vulva dan tungkai menandakan bahwa Ibu dalam keadaan baik (Prawirohardjo, 1999, hal 154 – 155).
9. Inpartu Kala I fase Aktif
Data subyektif :
a. Ibu mengeluh sakit perut tembus belakang dirasakan sejak tanggal 7 juli 2008 jam 09.00 wita, yang disertai pelepasan lendir dan darah.
b. Rasa sakit tembus ke belakang makin sering dan bertambah kuat.
Data Obyektif :
a. Kontraksi Uterus, frekuensi 3x10 menit, durasi 40”–45”, Intensitas kuat
b. VT tanggal 7 juli 2008 jam 16.00 wita
1) Keadaan vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio lunak dan tipis
3) Dilatasi serviks 6 cm
4) Ketuban utuh
5) Presentasi bokong murni
6) Penurunan hodge II
7) Kesan panggul normal
Analisa dan Interpretasi data :
Rasa sakit tembus belakang yang semakin kuat, dan dilatasi serviks 6 cm, penurunan hodge ii menandakan Ibu dalam inpartu kala I fase aktif (JNPK-KR, 2002, Hal 2-19).
10. Masalah nyeri perut
Data subyektif
a. Ibu merasakan sakit perut tembus belakang sejak tanggal 7 Juli 2008 jam 09.00 wita
b. Rasa sakit tembus kebelakang makin sering dan bertambah kuat.
Data Obyektif :
a. Kontraksi uterus, frekuensi 3x10 menit, durasi 40” – 45”, Intensitas kuat.
Analisa dan Interpretasi
a. Nyeri perut terjadi karena membukanya mulut rahim disertai peregangan otot polos rahim yang menimbulkan rangsangan cukup kuat untuk timbulnya nyeri.
b. Respon nyeri berasal dari saraf otonom pada mulut rahim (Saraf simpisis) dari segmen medulla spinalforalial 10,11,12 dan saraf simpatis sacral 2, 3, 4 dan nervus erigentis dan bersifat rasa nyeri yang menyebar (referend pain) (Prawirohardjo, 1999, hal 177).
C. Langkah III : Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
Potensial bayi lahir denga Asfiksia
Data subyektif : -
Data Obyektif : Leopold III Presentasi bokong
Analisa dan Interpretasi Data
Setelah bokong lahir dapat terjadi penekanan pada tali pusat sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan O2 dari plasenta ke janin sehingga janin kekurangan O2 dan dapat menyebabkan asfiksia (Prawirohardjo, 1999, hal 613).
D. Langkah IV : Evaluasi perlunya Tindakan segera / Kolaborasi
Tidak ada data yang mendukung
E. Langkah V : Rencana Tindakan
1. Tujuan
a. Kala I Persalinan Berlangsung normal
b. Kondisi Ibu dan janin tetap baik.
c. Ibu mendapatkan dukungan fisik dan psikologis dari petugas dan keluarga.
d. Ibu dapat beradaptasi secara fisiologi terhadap nyeri akibat kontraksi uterus.
e. Intake dan output seimbang
f. Tidak terjadi Infeksi
2. Kriteria
a. Pembukaan lengkap 4 jam kemudian tanggal 7 Juli 2008 jam 20.30 wita.
b. Penurunan kepala 0/5 pada tanggal 7 juli jam 20.30 wita.
c. Kontraksi uterus adekuat 4-5 x / dalam 10 menit kuat dan teratur.
d. TTV dalam batas normal :
1) Tekanan Darah systole 100 – 140 mmHg
Tekanan Darah diastole 60 – 90 mmHg
2) Nadi 60 – 100 x / menit
3) Suhu 37 – 380 C
4) Pernapasan 18 - 20 x / menit
e. Hidrasi adekuat 200 cc tiap 2 jam, intake dan output seimbang
f. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri
g. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Rencana Asuhan
a. Anjurkan Ibu untuk cuci kaki, BAK, sebelum naik ke tempat tidur
Rasional :
1) Dengan mencuci kaki merupakan tindakan aseptic untuk mencegah infeksi
2) BAK untuk mengosongkan kencing dan dapat mempercepat penurunan kepala.
b. Anjurkan Ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan tidur kesalah satu sisi secara bergantian.
Rasional :
Tidur miring ke salah satu sisi dapat meningkatkan suplay darah ke jantung, karena tidak terjadi penekanan pada vena cava inferior oleh uterus yang membesar.
c. Upayakan tindakan yang dapat mengurangi respon nyeri karena kontraksi.
Rasional :
Nyeri yang timbul dalam persalinan karena adanya kontraksi rahim sampai pembukaan lengkap diteruskan oleh syaraf yang keluar dari ruas tulang belakang, bagian dada (thorakal 11 dan 12 ) dan bagian pinggang (lumbal) 1 , dengan tekhnik counter pressure dan double hip squaze merupakan tindakan penekanan yang dapat membuat tidak aktifnya syaraf tersebut
d. Bimbing Ibu tehnik relaksasi dan pengaturan nafas terutama pada saat kontraksi dengan cara menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut.
Rasional :
Relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi dapat mengurangi ketegangan otot dan dapat mengalihkan perhatian Ibu terhadap rasa nyeri yang Dirasakan.
e. Beri hidrasi dengan minuman
Rasional :
Hidrasi oral setiap 2 jam apabila Ibu ingin minum dan mencegah terjadinya dehidrasi dan kelelahan oleh karena suplay nutrisi kejaringan tetap terpenuhi sehingga keadaan umum Ibu tetap baik yang memungkinkan his tetap adekuat.
f. Menganjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam atau apabila Ibu merasa ingin BAK.
Rasional :
1) Output yang seimbang akan melancarkan filtrasi glomerulus ginjal sehingga mencegah bahan-bahan toksik yang dapat mengakibatkan kerusakan ginjal karena pada saat kontraksi terjadi peningkatan metabolisme tubuh.
2) Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi penurunan kepala dan dapat terjadi his lemah sekunder.
g. Siapkan alat partus set steril, larutan klorin 0,5 %, air DTT, tempat placenta, tempat sampah, pakaian Ibu dan Bayi.
Rasional :
Dengan menyiapkan semua peralatan dan bahan yang akan dipergunakan dapat mempercepat proses persalinan dan mencegah infeksi silang.
h. Observasi :
1) Kemajuan persalinan setiap 4 jam
2) His setiap 30 menit
3) Pembukaan dan penurunan kepala setiap 4 jam atau bila ada indikasi.
4) Keadaan Ibu dan janin baik.
5) Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam atau bila ada indikasi.
6) Nadi setiap 30 menit atau bila ada indikasi
7) DJJ setiap 30 menit atau ada indikasi.
Rasional :
Dengan mengobservasi kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin memudahkan petugas dalam mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi.
i. Ajarkan Ibu cara meneran yang baik.
Rasional :
Dengan mengetahui cara meneran yang, Ibu dapat bekerjasama sehingga dapat mempercepat proses persalinan.
j. Menginformasikan hasil pemantauan kala I pada ibu dan keluarga
Rasional :
Memberikan kesiapan pada ibu dan keluarga.
k. Dokumentasikan hasil pemantauan kemajuan persalinan dalam partograf
Rasional :
Dengan mendokumentasikan hasil pemantauan kemajuan persalinan dalam partograf, memudahkan petugas dalam pemantauan kemajuan persalinan dan mengantisipasi masalah yang mungkin akan terjadi.
F. Langkah VI : Penatalaksanaan tindakan
Tanggal 7 juli 2008 jam 16.30 – 20.00 wita
1. Menganjurkan dan membantu Ibu untuk cuci kaki, BAK, sebelum naik ke tempat tidur
2. Menganjurkan Ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan
a. Ibu tidur miring ke salah satu sisi tubuh secara bergantian
b. Berdiri sambil berjalan-jalan di sekitar tempat tidur sambil menggoyangkan panggul seperti saat berdiri.
3. Mengupayakan tindakan yang dapat mengurangi respon nyeri karena kontraksi, Ibu dapat memilih tindakan berupa penekanan pada daerah sacrum secara berlawanan (Counter Pressure).
4. Membimbing Ibu tehnik relaksasi dan pengaturan nafas terutama pada saat kontraksi dengan cara menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut.
5. Memberi hidrasi dengan minum air putih 200 cc (1 gelas)
6. Menganjurkan dan membantu Ibu agar mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam atau apabila ibu merasa ingin BAK.
7. Menyiapkan alat partus set steril, larutan klorin 0,5 %, air DTT, Tempat placenta, tempat sampah pakaian Ibu dan bayi.
8. Mengobservasi his, DJJ, dan nadi
a. Jam 17.00 wita
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x / menit
b. Jam 17.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x menit
c. Jam 18.00
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 136 x / menit
Nadi 88 x / menit
d. Jam 18.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 140 x / menit
Nadi 84 x / menit

e. Jam 19.00
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 142 x / menit
Nadi 84 x / menit
f. Jam 19.30 wita
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
g. Jam 20.00 wita
1) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
b) Nadi : 84 x / menit
c) Pernapasan : 20 x / menit
d) Suhu : 370 C
2) Vagina touche dengan hasil :
a) Vulva/vagina tidak ada kelainan
b) Portio lunak dan tipis
c) Dilatasi serviks 8 cm
d) Penurunan hodge III
e) Presentasi bokong murni
f) Pelepasan lendir dan darah

3) His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
9. Mengajarkan Ibu cara meneran yang baik dan Ibu mengerti apa yang diajarkan.
10. Menginformasikan hasil pemantauan kala I pada Ibu dan keluarga
11. Mendokumentasikan hasil pemantauan
G. Langkah VII : Evaluasi
Tanggal 7 Juli 2008 jam 20.00 wita
1. Kala I Persalinan berlangsung dengan normal ditandai dengan :
a. Pembukaan lengkap tanggal 7 Juli 2008 dan penurunan kepala 0/5 jam 20.15 wita.
b. Kontraksi uterus adekuat 4-5 kali dalam 10 menit durasinya > 40 detik.
c. DJJ dalam batas normal rata – rata 146 x / menit
d. Ibu minum air putih 100 cc dan susu 100 cc tiap 2 jam.
e. Kondisi Ibu dan janin baik.
f. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA I PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

A. Data Subyektif (S)
1. HPHT : 13 – 10 – 2007
2. TP : 20 – 07 – 2008
3. Ibu hamil ketiga tidak pernah keguguran
4. BB sebelum hamil 49 kg, berat badan setelah hamil 61 kg.
5. Mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus kebelakang sejak tanggal 7 juli 2008 jam 09.00 wita
6. Sifat mules dan nyeri perut hilang timbul dan makin lama makin kuat.
7. Pengeluaran cairan vagina lender dan darah.
8. Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama di daerah sebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri.
9. Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga.
10. Ibu tidak bisa tidur karena nyeri perut
11. Ibu sudah BAK begitu masuk Rumah Sakit.
12. Ibu didampingi oleh orang tua dan suami.


B. Data Obyektif (O)
1. Keadaan Umum baik. Kesadaran komposmentis dan Ibu bisa berkomunikasi dengan petugas
2. Tanda – tanda vital
a. Tekanan Darah : 120 / 80
b. Nadi : 88 x / menit
c. Pernapasan : 20 x / menit
d. Suhu : 37 0 C
3. Kepala :
a. Keadaan Rambut cukup bersih dan tidak mudah rontok
b. Tidak teraba massa dan nyeri tekan
4. Mata :
a. Sklera tidak Ikterus
b. Konjungtiva tidak pucat
5. Muka
Ekspresi wajah kadang meringis terutama bila His.
6. Mulut/Gigi :
Mulut/Gigi bersih, tidak berbau, karies (-)
7. Leher :
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limphe, dan vena jugularis
8. Payudara :
Puting susu terbentuk, hiperpigmentasi puting susu ada kolostrum jika areola dipencet.
9. Abdomen
a. Tampak streae Alba, linea nigra, tonus otot kendor dan pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
b. Palpasi menurut Leopold :
1. Leopold I 2 Jbpx
2. Leopol II Puka
3. Leopold III Bokong
4. Leopold IV Divergen
c. Lingkar perut 90 cm
d. TBJ = TFU X Lingkar perut =90 x 34 = 3060
e. Kontraksi uterus, frekuensi 3 x 10 menit, durasi 40” – 45”, intensitas kuat
f. Auskultasi DJJ lebih jelas pada kuadran atas kanan dengan frekuensi 130x/menit.
10. Tungkai :
Tidak ada varices dan oedema pada tungkai
11. Vagina dan vulva :
a. Tidak ada odema dan varices pada vulva
b. VT jam 15.30 wita :
1) Keadaan vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio Lunak dan Tipis
3) Dilatasi serviks 6 cm
4) Ketuban utuh
5) Presentasi bokong murni
6) Penurunan Hodge II
7) Kesan panggul : Normal
8) Pelepasan lendir dan darah
12. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7Juli 2008 jam 15.45 wita
1) Haemoglobin : 11,8 gr % ( Nilai normal 12 – 14 %)
C. Assesment (A)
Pembukaan 6 cm, Ketuban (+), Hodge III, DJJ (+), Pergerakan (+), presentasi bokong, Mekonium (-), Kesan panggul normal, pelepasan lendir dan darah, keadaan janin baik, inpartu kala 1 dengan masalah nyeri karena kontraksi.
D. Planning (P)
Tanggal 7 Juli 2008 jam 16.30 – 20.00 wita
1. Menganjurkan Ibu untuk cuci kaki, BAK, sebelum naik ke tempat tidur
2. Menganjurkan Ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan
a. Ibu tidur miring ke salah satu sisi tubuh secara bergantian
b. Berdiri sambil berjalan – jalan di sekitar tempat tidur sambil menggoyangkan panggul seperti saat berdiri.
3. Mengupayakan tindakan yang dapat mengurangi respon nyeri karena kontraksi, Ibu dapat memilih tindakan berupa penekanan pada daerah sacrum secara berlawanan (Counter Pressure).
4. Membimbing Ibu tehnik relaksasi dan pengaturan nafas terutama pada saat kontraksi dengan cara menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut.
5. Memberi hidrasi dengan minum air putih 200 cc (1 gelas)
6. Menganjurkan Ibu agar mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam atau apabila ibu merasa ingin BAK.
7. Menyiapkan alat partus set steril, larutan klorin 0,5 %, air DTT, Tempat placenta, tempat sampah pakaian Ibu dan bayi.
8. Mengobservasi his, DJJ, dan nadi
a. Jam 17.00 wita
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x / menit
b. Jam 17.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 132 x / menit
Nadi 88 x menit
c. Jam 18.00
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 136 x / menit
Nadi 88 x / menit
d. Jam 18.30
His 4 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 140 x / menit
Nadi 84 x / menit
e. Jam 19.00
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik, kuat dan teratur
DJJ 142 x / menit
Nadi 84 x / menit

f. Jam 19.30 wita
His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
g. Jam 20.00 wita
1) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
b) Nadi : 84 x / menit
c) Pernapasan : 20 x / menit
d) Suhu : 370 C

2) Vagina touche dengan hasil :
a) Vulva/vagina tidak ada kelainan
b) Portio lunak dan tipis
c) Dilatasi serviks 8 cm
d) Penurunan hodge III
e) Presentasi bokong murni
f) Pelepasan lendir dan darah
3) His 5 x dalam 10 menit durasinya 50 detik dan teratur
DJJ 146 x / menit
Nadi 84 x / menit
9. Mengajarkan Ibu cara meneran yang baik dan Ibu mengerti apa yang diajarkan.
10. Menginformasikan hasil pemantauan kala I pada Ibu dan keluarga
11. Mendokumentasikan hasil pemantauan


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA II PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

A. Data Subyektif (S)
1. Ibu mengatakan ingin BAB dan ada tekanan pada anus
2. Ibu mengatakan sakitnya bertambah dan dirasakan tembus ke belakang
3. Ibu mengatakan ada dorongan untuk meneran
B. Data Obyektif (O)
1. Perineum menonjol
2. vulva terbuka
3. pembukaan serviks : 10 cm (Lengkap)
4. Penurunan H IV, os sacrum di bawah sympisis
5. kontraksi uterus 5 x dalam 10 menit, durasi 50 – 55 tiap 2-3 menit
6. DJJ 132 x / menit, kuat dan teratur
7. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah 120 / 80 mmhg
b. Nadi 88 x/ menit
c. Suhu 37 0 C
d. Pernapasan 20 x/ menit

C. Assesment (A)
Inpartu Kala II
D. Planning (P)
(Tanggal 7 Juli 2008 Pukul 20.00 – 21.00 Wita)
1. Memeriksa kelengkapan alat dan mendeteksi alat dekat tempat tidur klien dengan hasil alat sudah lengkap dan dekat tempat tidur pasien.
2. Memakai celemek dan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir serta mengeringkan dengan handuk kering.
3. Memakai handscoen dan mengisi spoit dengan oksitosin 10 Unit
4. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil :
a. Tidak ada kelainan pada dinding vagina
b. Portio/serviks tidak teraba
c. Pembukaan 10 cm
d. Ketuban sudah tidak ada
e. Os sacrum di bawah symphisis
f. Penurunan H IV
g. Kesan panggul normal
h. Pelepasan lendir bercampur darah dari jalan lahir.
5. Mencelupkan tangan dalam larutan klorin 0,5 % dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 20 menit.
6. Memeriksa DJJ dengan hasil DJJ (+) 146 x / menit
7. Memberitahu Ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan Ibu dan Janin baik.
8. Mengajar Ibu cara meneran yang baik yaitu dengan cara menarik nafas panjang, kemudian menahan nafas lalu meneran dengan mulut terbuka pada saat ada his dan menganjurkan Ibu istirahat jika tidak ada His.
9. Memberikan dukungan kepada Ibu saat meneran
10. Memberikan intake minuman susu dan air putih 200 cc saat tidak ada his.
11. Memasang handuk di atas perut Ibu saat Bokong nampak di vulva dengan diameter 5-6 cm
12. Memasang duk bersih dengan melipat 1/3 bagian di bawah bokong Ibu.
13. Membuka tutup partus set
14. Memasang Handscoen pada kedua tangan
15. memimpin persalinan dengan cara bracht
a. Cara memimpin persalinan letak bokong secara bracht :
1) Sediakan alat resusitasi bayi
2) Sikap menunggu sambil menyokong perineum, menunggu sampai badan janin sudah lahir sampai umbilicus, tali pusat ditarik sedikit ke bawah dan sampai badan di lahirkan spontan sampai ujung bahu.
3) Melahirkan secara bracht
Bokong dicekap oleh kedua tangan dengan kedua Ibu jari pada pangkal paha dan jari – jari lain pada sakrum. Digerakkan seluruhnya kedepan dan keatas kearah perut Ibu, pada saat Bokong lahir sampai ke umbilicus terjadi fase lambat, kemudian dari umbilicus sampai mulut/hidung terjadi fase cepat. Dengan demikian penolong memperkuat lordosis punggung Fetus dan Ibu disuruh mengedan. Ketika mulut/hidung sampai seluruh kepala lahir terjadi fase lambat. Cara bracht dapat dibantu secara efektif oleh pembantu yang mengadakan tekanan dari atas dinding abdomen dengan arah pelvis ke bawah.
4) Rotasi melalui symphisis
Dengan tekanan ke depan atau atas dan tetap sehingga badan anak hampir menyentuh dinding perut Ibu.
5) Lakukan pemeriksaan terhadaap bayi, apakah ada fraktur dan tanda – tanda perdarahan otak.
16. Meletakkan Bayi di atas perut Ibu dan menilai keadaan Bayi
17. Mengeringkan dan membungkus badan Bayi
18. Menjepit dan memotong tali pusat mengikat serta membungkus dengan kain kasa steril.
19. Membungkus dan menyerahkan bayi kepada Ibu
20. Memeriksa tinggi fundus uteri.



PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA III PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008

A. Data Subyektif (S)
1. Ibu mengatakan merasa mules diperut bagian bawah
B. Data Obyektif (O)
1. Anak lahir tanggal 7 Juli jam 21.00 wita, presentase bokong murni, langsung menangis, jenis kelamin perempuan, BB 2800 gram, PB 50 cm, apgar score 8/10
2. Kontraksi uterus baik (Bundar dan keras)
3. TFU 1 jari bawah pusat, janin tunggal
4. Ada darah keluar dari jalan lahir, tali pusat bertambah panjang dan tidak masuk kembali bila bagian bawah uterus ditekan kearah dorsocranial.
C. Assesment (A)
Kala III (Pengeluaran plasenta)
D. Planning (P)
(Tanggal 7 Juli 2008 jam 21.00 – 21.15 wita)
1. Memberitahu Ibu untuk pemberian suntikan oksitosin
2. Memberikan suntikan oxytocin 10 iu/IM
3. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
4. Melahirkan plasenta dengan tekhnik PTT
5. Melakukan Massase fundus uteri
6. Memeriksa plasenta dan memasukkan plasenta dalam kantong plastik
7. Memeriksa adanya ruptur jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan aktif dengan hasil tidak ada ruptur perineum
8. Membersihkan sarung tangan dan mencelupkan ke dalam larutan klorin 0,5 %
9. Mengobservasi kontraksi uterus
10. Mengobservasi tanda – tanda vital dengan hasil :
a. Tekanan Darah : 110 / 80
b. Nadi : 80 x / menit
c. Suhu : 36,5 0 C
d. Pernapasan : 24 x / menit










PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H”
KALA IV PERSALINAN DENGAN PRESENTASE BOKONG
DI PUSKESMAS MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 7 JULI 2008
A. Data Subyektif (S)
1. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah
B. Data Obyektif (O)
1. Plasenta lahir lengkap jam 21.15 wita
2. TFU 1 jari bawah pusat
3. Kontraksi uterus baik (Teraba keras dan bundar)
4. Jumlah pendarahan 100 cc
C. Assesment (A)
Kala IV Persalinan (Observasi 2 jam post partum)
D. Planning (P)
(Tanggal 7 Juli 2008 jam 21.15 – 23.15)
1. Mengobservasi kontraksi uterus, dengan hasil kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.
2. Memberikan Bayi kepada Ibu untuk disusui
3. Mengajarkan Ibu untuk memeriksa/merasakan kontraksi uterus yang berkontraksi dengan baik dan ajar untuk melakukan massase uterus apabila tidak ada kontraksi.
4. Mengevaluasi jumlah pendarahan, dengan hasil  100 cc
5. Membersihkan Ibu dari sisa air ketuban, lender dan darah dan mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih.
6. Memberikan posisi yang menyenangkan yaitu posisi terlentang dengan kedua tangan disamping Ibu dan Bantu bila ingin minum/makan.
7. Merendam semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 20 menit
8. Membuang bahan – bahan terkontaminasi ke tempat sampah
9. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %
10. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir.












BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “H” persalinan dengan presentasi Bokong di puskesmas mamajang pada tanggal 7 Juli 2008.
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan pendekatan pendekatan proses manajemen, yang dibagi dalam 7 langkah yaitu : pengkajian dan analisa data, merumuskan diagnosa/masalah aktualdan potensial, evaluasi perlunya tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, dan evaluasi asuhan kebidanan.
A. Langkah 1.Pengkajian dan Analisa data
Dalam pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese, meliputi Identitas Istri/suami, tinjauan kartu ANC, Rwayat persalinan sekarang yang berpedoman pada format pengkajian yang telah tersedia, naamun tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data lain yang ditemukan pada Ibu, selanjutnya pemeriksaan fisik yang dimulai dari kepala sampai kaki yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan vagina touche (VT).
Dalam tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi bokongdidapatkan dari anamnese dimana gerakan anak lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut baagian atas teraba benda keras (Kepala), pada pemeriksaan leopoldI teraba kepala difundus, dan leopold III teraba bokong, auskultasi didapatkan denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas umbilikus, sedangkan bila engagement denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikus, dan pada pemeriksaan dalam di dapatkan presentasi bokong.
Pada tinjauan kasus pada anamnese didapatkan Ibu mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus kebelakang sejak tanggal 7 Juli 2008 jam 15.00 wita, Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama disebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri nyeri, Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga, leopold III presentasi bokong, dan hasil VT didapatkan dilatasi serviks 6 cm, ketuban utuh, presentasi bokong, dan penurunan H II.
Berdasarkan data diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus pada Ny”S”, di puskesmas mamajang Makassar.
B. Langkah 2.Merumuskan Diagnosa/Masalah aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan harus berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang didukung oleh data subyektif maupun data obyektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi bokong didapatkan dari anam nese dimana gerakan anak lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut bagian atas teraba bagian keras (Kepala), pada pemeriksaan leopold 1 teraba kepala difundus, dan leopold III teraba bokong, auskultasi didapatkan denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila engagement denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikalis dan pada pemeriksaan dalam didapatkan presentasi bokong.
Pada tinjauan kasus pada anamnese di dapatkan ibu hamil ketiga tidak pernah keguguran HPHT tanggal 13 – 10 – 2007, Ibu mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus ke belakang sejak tanggal 7 Juli 2008 jam 15.00 wita, Ibu merasakan janinnya bergerak kuat, terutama di daerah sebelah kiri bawah dan tidak terasa nyeri, Ibu merasa penuh pada perut bagian atas yang menekan tulang iga, Ibu tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan, leopold III Presentasi bokong, dan hasil VT Didapatkan dalatasi serviks 6 cm, ketuban utuh, presentasi bokong dan penurunan H II, sehingga penulis merumuskan diagnosa/masalah aktual GIII PII A0, Umur kehamilan minggu, puka, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala I fase aktif dengan masalah nyeri karena kontraksi.
Berdasarkan uraian diatas tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “H”.
C. Langkah 3.Merumuskan Diagnosa/Masalah potensial
Pada tinjauan pustaka bahwa pada presentasi bokong setelah bokong lahir dapat terjadi penekanan pada tali pusat sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan O2 dari plasenta ke janin sehingga janin kekurangan O2 dan dapat menyebabkan asfiksia sehingga penulis merumuskan diagnosa/masalah potensial adalah potensial terjadi asfiksia, dan hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus Ny. “H”, di puskesmas Mamajang Makassar.
D. Langkah 4.Tindakan segera dan kolaborasi.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa Ibu dan Anak. Situasi lainnya Bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter, tetapi pada tinjauan kasus Ny. “H”, tidak ada data yang mendukung untuk melakukan tindakan segera/kolaborasi.
E. Langkah 5.Rencana Asuhan kebidanan
Dalam membuat perencanaan penulis melakukan sesuai data yang diperoleh dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan Ibu. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam suatu tindakan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa tindakan yang dilakukan pada presentasi bokong persalinan dapat berlangsung pervaginam dan ditolong oleh tenaga yang terlatih, mengikuti kemajuan persalinan, menolong persalinan dengan menyiapkan alat resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, melakukan episiotomi, dan melahirkan secara bracht.
Sedangkan tinjauan kasus pada Ny. “H”, Rencana tindakan yang dilakukan adalah asuhan sayang Ibu, menyiapkan alat partus, mengobservasi kemajuan persalinan, menyiapkan resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, dan melahirkan secara bracht.
Berdasarkan uraian diatas, pada tahap ini penulis tidaak menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “H” di puskesmas mamajang makassar.
F. Langkah 6.Melaksanakan asuhan kebidanan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan rencana asuhan menyeluruh yang telah direncanakan dilaksanakan secara efisien dan aman. Dengan menyesuaikan kondisi,keadaan, dan kebutuhan Ibu dan menjelaskan apa yang akan dilakukan sehingga Ibu dan keluarganya dapat membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
Pada tinjauan kasus semua rencana asuhan kebidanan telah dilaksanakan di puskesmas mamajang makassar tanggal 7 Juli 2008, secara garis besar pananganan yang dilakukan untuk menangani presentasi bokong menunjukkan adanya kesamaan dengan tinjauan pustaka, sedangkan tindakan lain yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi Ibu pada saat pengkajian berlangsung.
G. Langkah 7.Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi setelah penanganan pada presentasi bokong, Ibu dapat melahirkan pervaginam, anak lahir tanggal 7 juli 2008 jam 21.00 wita,prtesentasi bokong murni, langsung menangis, jenis kelamin laki – laki, BB 3200 gram, PB 50 cm, apgar score 8/10. Dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan tercapai sesuai yang diharapkan.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah membahas dan menguraikan kasus Ny. “H” persalinan dengan presentasi bokong di puskesmas Mamajang Makassar pada tanggal 7 Juli 2008, maka pada bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Pada kasus Ny. “H”, ditegakkan diagnosa/masalah dan potensial GIII PII A0, Umur kehamilan minggu, puka, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala 1 fase aktif, nyeri karena kontraksi dan potensial terjadi asfiksia.
2. Penanganan yang dilakukan pada Ny. “H” di puskesmas mamajang Makassar untuk presentasi bokong adalah observasi kemajuan persalinan, dan menolong secara bracht yang menunjukkan tidak ada perbedaan dengan tinjauan pustaka.
3. Penanganan yang dilakukan pada Ny. “H” di puskesmas Mamajang Makassar menunjukkan tidak adanya kesenjangan dengan tinjauan pustaka.
4. Manajemen asuhan kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh bidan.
5. Pendokumentasian sangat perlu dilaksanakan karena merupakan bukti pertanggung jawaban terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan.

B. Saran
1. Bagi Ibu hamil
Agar segera ke rumah sakit atau sarana pelayanan jika mendapatkan tanda dan gejala persalinan, sehingga jika ada kelainan dapat segera terdeteksi untuk penanganan yang tepat demi keselamatan Ibu dan Bayinya.
2. Bagi petugas kesehatan
a. Sebagai seorang petugas kesehatan khususnya Bidan diharapkan dapat mengetahui tanda dan gejala pada persalinan dengan presentasi bokong sehingga dapat mendeteksi lebih awal apabila menemukan kasus tersebut dan dapat segera mengambil keputusan klinik dalam penanganan selanjutnya yaitu dengan konsultasi, kolaborasi atau rujukan ketempat pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
b. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan banyak membaca buku serta mengikuti pelatihan – pelatihan dari seminar – seminar seiring dengan kemajuan dan perkembangan Ilmu pengetahuan.

Epidemiologi Kesling

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan lingkungan, tetapi dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut.

Banyak yang mempengaruhi kesehatan lingkungan, baik dari kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan) disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal.

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern).

Dengan perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir.

Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah (air kotor) maka hanya akan dibahas kelima masalah tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Epidemiologi kesehatan lingkungan juga sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :

a. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

B. Penyebaran Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :
1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.



C. Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan lingkungan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

Didalam epidemiologi terdapat tipe pokok pendekatan atau metode, yakni :

1. Epidemiologi Deskriptif (Descriptive Epidemiology)
Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).

a. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.



b.Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi kesehatan . Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai berikut :
1. Menurut tingkat kedewasaan :
0 - 14 tahun : bayi dan anak-anak
15 - 49 tahun : orang muda dan dewasa
50 tahun keatas : orang tua
2. Interval 5 tahun :
Kurang 1 tahun
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun, dan sebagainya.
3. Untuk mempelajari penyakit anak :
0 - 4 bulan
5 - 10 bulan
11 - 23 bulan
2 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun

2.Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.



3.Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, kelamin.

4.Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni :
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c. Ada tidaknya "gerak badan" didalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya "gerak badan".
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.

Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.

5. Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
a. Batas daerah-daerah pemerintahan
b. Kota dan pedesaan
c. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
d. Negara-negara
e. Regional


BAB III
PENUTUP

1) Awal mulanya epidemiologi dikenal sebagai suatu studi tentang epidemic.
2) Epidemiologi mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi.
3) Epidemiologi kesehatan lingkungan juga sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya, dan mencakup tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

[1]http://ariewblog.wordpress.com/2008/02/21/basic-epidemiology/
[2]http://mohamadguntur.wordpress.com/2007/11/07/pengertian-dan-peranan-epidemiologi/
[3]http://www.geocities.com/klinikikm/
[4]http://www. wordpres.com/klinikikm/
[5]http://www.prodia.co.id/files/IL/IL2006/info_lab_04_2006.pdf
[6]http://www.bravo_007.co.id/epid/
[7]Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

Asma

B A B I
K O N S E P M E D I S

A. PENGERTIAN
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001)
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. ETIOLOGI
Etiologi Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh: a Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
b. Pembengkakan membran bronkus.
c. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

C. PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkriolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adnya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot
pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, taki kardi.

E. KLASIFIKASI
Klasifikasi asmaAsma dibagi atas dua kategori, yaitu : ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, rokok dan obat-obatan.
Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, exercise, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emphysema selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

F. PENATA LAKSANAAN
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale:
• Menghilangkan obstruksi jalan nafas
• Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
• Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :
1) Beta agonist (beta adnergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kounergik (bronkodilator)
4) Kortikosterad
5) Mart cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
yang dan berikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasi histamin, metakolin, alergen,
kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aquci
destilata.
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam
tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.e. Analisa gas darah
dilakukan pada asma berat.f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.g. Pemeriksaan
sputum.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gaga0l nafas, bronkhitis dan fraktur iga.
B A B II
K O N S E P K E P E R A W A T A N

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
2) riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3) Status mental : lemas, takut, gelisah
4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
5) Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
6) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah.
b. Pemeriksaan fisikDada :
1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternuum
2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter trnsversal
3) Keabnormalan struktur Thorax
4) Contour dada simetris
5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6) RR dan ritme selama satu menit.
c. Palpasi :
1) Temperaur kulit
2) Premitus : Pibrasi dada
3) Pengembangan dada
4) Krefitasi
5) Masa
6) Edema
d. Auskultas:
a. Vesikuler
b. Broncho vesikuler
c. Hyper ventilasi
d. Rochi
e. Whizing
f. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa: 1 :Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
mukus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil : -Sesak berkurang, batuk berkurang,
klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas
normal keadaan umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : merigi, erekeis, ronkhi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas
redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dpat ditemukan pada penerimaan
selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada
sandaran.
R/ Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
keefektipan memperbaiki upaya batuk.
R/ batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit
akut/kelemahan.
e. Berikan air hangat.
R/ penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1x1 (inhalasi).
R/ Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 2 : Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan :Pola nafas kembali efektif.Kriteria hasil :Pola nafas efektif, bunyi nafas normal
atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru
mengembang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung
derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis
dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.
R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
R/ dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi- Berikan oksigen tambahan- Berikan humidifikasi tambahan misalnya: nebulizer.
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Diagnosa 3 :Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil :Keadaan umum baik, mukosa
bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi
makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas
normal.
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
R/ menentukan dan membantu dalam intervensi lanjutnya.
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisi bagi klien dalam asuhan
keperawatan.
3. timbang berat badan dan tinggi badan.
R/ Penurunan berat badan yang signipikan merupakan indikator kurangnya
nutrisi.
4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
R/ air hangat dapat mengurangi mual.
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
6. Kolaborasi- Consul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
R/ menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.- Berikan
obat sesuai indikasi.- Vitamin B squrb 2x1.R/ defisiensi vitamin dapat terjadi
bila protein dibatasi.- antiemetik rantis 2x1
R/untuk menghilangkan mual /muntah.

Diagnosa 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.Kriteria hasil :k/u
klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada sekala sedang.
Intervensi :
1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
R/ pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja
atau bantal.
4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.

Diagnosa 5 : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informan.
Tujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.Kriteria hasil:
- Mencari tentang proses penyakit
- Klien mengerti tentang definisi asma
- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma- Klien mengerti
komplikasi dari asma.
Intervensi :
1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.
R/ informasi dapat manaikan koping dan membantu menurunkan ansietas dan
masalah berlebihan.
2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi
informasi atau mengikuti program medik.
3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
R/ selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh
dari penyakitnya.
4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan
komplikasi.
5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
R/ menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

Evaluasi:
a. Jalan nafas kembali efektif.
b. Pola nafas kembali efektif.
c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.